Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

KSAD Jenderal Andika Perkasa, Antara Politis dan Profesionalisme

24 November 2018   07:41 Diperbarui: 24 November 2018   08:40 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Presiden mengatakan rekam jejak, jenjang karir, dan pendidikan yang komplet menjadi nilai lebih. Pendidikan ini yang jarang dimiliki oleh pejabat  militer, apalagi luar negeri, bukan soal menghargai luarnya, kalau di sini berderet gelar karena bayar. Memang ada kualitas pembeda yang cukup signifikan.

Kalangan dalam AD dan TNI umumnya juga adem ayem, tidak banyak gejolak, justru pihak luar, ada apa? Itu bisa dilihat  apa yang selama ini dilakukan. Dan kebiasaan mereka seperti apa, itu saja.

Jawaban KSAD, apa omong apa saja silakan, jelas memberikan pemikirannya untuk fokus pada pekerjaan, tanggung jawab, dan memang tidak akan bisa menyenangkan semua pihak di dalam waktu yang bersamaan. Pilihan bijak dan cerdik, menghabiskan energi jika terus-terusan demikian.

Perbedaan pandangan, piihan politik dengan atasan, dengan pimpinan, itu sebenarnya biasa dan wajar, asal tidak dijadikan panggung untuk kepentingan diri sendiri, dan untuk memperoleh panggung bagi karir pribadi. Seorang pemimpin yang baik akan respek pada atasan baik langsung atau tidak. 

Perbedaan akan disalurkan dalam forum resmi, diskusi yang bertanggung jawab, kritik membangun. Sebaliknya, jika orang hanya mencari panggung, hanya akan bicara di luar, media sosial, media massa, tidak ada yang baru, namun diciptakan seolah baru.

Bagaimana bisa berjalan sebagamana mestinya jika ada anggota paduan suara mau menonjolkan diri dan lepas dari aba-aba dirijen? Apa salah dirijen memilih meminta anggota itu diam atau keluar sekalian?

Kebebasan berpendapat itu bukan asal berbeda, namun yang berkualitas, bukan apa-apa beda dan menyalahkan, menuding, dan menghakimi, tanpa jalan keluar. Habis energi untuk itu saja, kapan bisa membangun dengan baik?

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun