Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Pinokio, Kala Elit Parpol Saling Tagih Janji

17 November 2018   05:00 Diperbarui: 17 November 2018   05:03 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SBY sebagai politikus, presiden dua periode jelas jauh lebih berpengalaman di dalam berpolitik. Cara-cara untuk mengaet pemilih, ketika keadaan masih belum pulih dari kesakitan terkhianati, eh ada "perintah" dalam nada tanya soal kampanye yang dijanjikan. Hal yang wajar sebenarnya ketika tidak dalam posisi sensi, itu adalah konsekuensi logis atas pileg dan pilpres yang dilakukan serentak.

Makin hari, makin banyak saja kebohongan demi kebohongan yang dijajakan oleh koalisi 02 ini. Susah membaca bagaimana mereka nanti jika bisa meraih kursi kekuasaan, apa yang akan mereka tawarkan dan lakukan?

Fokus mereka hanya berkisar pada kursi dan berbagi kekuasaan semata. Mana bisa berbicara model demikian dan sekaligus mengaku sebagai memperjuangkan keadilan dan kemakmuran. Adil bagi kelompok pendukung saja tidak bisa. Apalagi makmur. Bukti terpampang jelas bahwa anggota mereka merasa tidak mendapatkan keadilan dan kemakmuran politis jangka pendek sekalipun.

Politik Pinokio jelas akan ditutupi dengan politik dagang sapi. Susah berharap banyak adanya profesional, akademisi, dan orang yang kapabel memegang kursi kabinet dan dewan sehingga memajukan bangsa dan negara,a dil makmur bukan semata slogan mati. Bagaimana berbicara soal yang mendasar saja gagap apalagi yang mendalam dan bermanfaat secara umum.

Penyelesaian model reaktif ala Sandi jelas bumerang murahan yang lagi-lagi mempertontonkan politikus hijau yang tidak tahu banyak dinamika politik. Bagaimana pengakuan Yusril bahwa Sandi belum memiliki gambaran bagaimana mengelola pilpres dan pileg sehingga bisa mendapatkan manfaat bersama. Namun tiba-tiba mengandeng AHY untuk diajak keliling bersama kampanye, usai Pak Beye menagih janji mereka. Lho kog sesederhana itu.

Makin jelas koordinasi dan komunikasi sangat lemah, Sandi asyik dengan keliling bersama Zulhas, yang lain bingung mau berbuat apa. juru bicara BTN pun sering asal bicara yang malah membuat ruwet suasana. Memperlihatkan bahwa mereka tidak terprogram dan terencana dengan baik.

Rangkaian panjang hidung Pinokio ini dalam sebuah riset akademis tokoh-tokoh dogeng, disebutkan bahwa hidung Pinokio jika bertambah panjang terus, akan mematahkan lehernya. Beban hidung yang tidak akan sanggup ditoleransi oleh tulang lehernya.

Peringatan yang sama bagi koalisi yang menjual kebohongan demi kebohongan, lebih parah adalah rekan sendiri saja dibohongi. PKS, Ratna Sarumpaet, dan kini Demokrat pun merasakan hal yang sama. Hanya PAN yang tampak masih tenang-tenang saja, apakah nanti juga meradang dan melayang pergi? Masih bisa terjadi.

Leher panjang partai dan koalisi bisa putus terlalu berat menanggung hidung yang semakin panjang dan berat. Kondisi yang sama pun terjadi, bisa patah koalisi berkeping-keping karena asyik memproduksi kebohongan dan menjual itu sebagai sebuah prestasi.

Padahal masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan, menawarkan program realistis, dan menarik pemilih. Namun ternyata memang sudah tidak ada lagi isi dan mutu yang hendak dijadikan modal menarik, satu-satunya gagasan hanya membohongi rekan dan kemudian ditinggalkan. Apakah model demikian patut jadi pemimpin?

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun