Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Puber Kedua, Ikuti atau Nikmati?

16 November 2018   10:11 Diperbarui: 16 November 2018   10:31 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puber kedua sebenarnya hanya istilah dalam perkembangan kepribadi yang tidak nyata. Hanya karena perilaku mirip dengan kondisi ABG, yang suka bersolek, bertingkah berbeda dengan lawan jenis, dan ribet dengan penampilan, yang biasanya tidak demikian.  berbeda dengan perkembangan psikologis lainnya seperti anak-anak, puber, remaja, dewasa, dan seterusnya.

Puber kedua toh juga tidak mesti dialami, dirasakan oleh pelaku ataupun orang terdekatnya, sebagaimana perkembangan lainnya. lebih cenderung kasus khusus, di mana memang kembali seperti remaja yang sedang jatuh cinta. Lama-lama di depan cermin, memilih pakaian menjadi ribet, termasuk kaum laki-laki lho.

Dulu,  awal-awal berjumpa kembali dengan rekan-rekan SMA, dalam WAG, ada kecenderungan beberapa orang hanya mengobrol dan keluar jika rekan itu yang berkomentar atau membuat status. Saya mengatakan pada admin dan pembuat untuk hati-hati karena masa usia kritis ini. Yang sering disebuat puber kedua itu.

Mengapa ada keadaan demikian?

Kondisi yang jauh berbeda, di mana masa SM atau SMP dulu takut, dengan berbagai alasan, bisa karena malu, tuntutan belajar, atau kalau segalanya dan sebagainya. Pada kondisi awal 40-an orang sudah tidak lagi bicara minder, takut, atau cemas. Apalagi jika memang mapan secara ekonomi. Apa yang bisa menghalangi. Karang penghalang masa lalu runtuh.

Posisi mapan, matang, dan berkeluarga yang sudah berjalan kisaran dasa warsa mulai menumbuhkan kejenuhan dan mulai mencari kondisi dan situasi berbeda. Diperparah jika komunikasi pasangan suami istri memburuk dan ada peluang bahkan menciptakan peluang dengan mencobai diri kembali bernostalgia masa lalu.

Ada perasaan tertantang untuk membuktikan bahwa masih laku dan jagoan. Identik dengan abg lagi. Mulai datang awal-awal penyakit seperti diabetes, jantung, darah tinggi, dan itu bisa menjatuhkan mental banyak pria. Mengadakan relasi dengan lawan jenis mau menutupi kegagalan bahwa ia mulai menua.

Anak-anak mulai beranjak remaja dan dewasa awal, tidak lagi perlu menghabiskan banyak energi, paling beralih ke uang, waktu yang ada dipakai untuk berinteraksi dengan yang lain. Sangat wajar dan alamiah.

Diperparah dengan kemajuan teknologi informasi yang tidak terbatas ruang dan waktu. Bukan hanya tembok dan dinding kamar tertembus, di bawah selimur yang sama saja bisa terjadi interaksi dengan partner yang lain.

Keadaan yang toh hampir semua menghadapi dan mengalami. Jika diikuti hancur dan jatuh pada kesakitan demi kesakitan. Pilihan lain adalah menikmati.

Menikmati sebagaimana usai siang adalah sore, malam, dan kembali pagi, dan menuju siang lagi, ritme yang sangat-sangat alamiah, siklus hidup manusiawi, ingat tanpa melibatkan dan mengorbankan pihak lain. Memilih untuk  mengikuti hanya diri sendiri yang jadi "korban" tanpa menyakiti pasangan, anak, dan anak serta pasangan orang lain.  Sikap ini  hanya seperti orang berpuasa, bertarak, dan bermati raga. Mengesampingkan kesenangan dan kenikmatan sesaat. Menahan haus dan lapar sesaat juga. Itu tidak akan lama kog.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun