Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Puber Kedua, Ikuti atau Nikmati?

16 November 2018   10:11 Diperbarui: 16 November 2018   10:31 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika sudah terlanjur, apa yang perlu dilakukan?

Menemukan akar masalah bersama-sama. Ini soal komunikasi, bagaimana perbedaan laki-laki dan perempuan di dalam pola pikir dan bertindak itu belum dipahami dengan baik oleh pasangan suami istri. Merasa ada yang sesuai harapan, beralihlah pada yang bisa memenuhi harapan itu. Ah apa iya?

Mengingat kembali komitmen di dalam berkeluarga, apalagi jika sudah memiliki anak dan membutuhkan beaya yang sangat besar. Perpisahan itu memberatkan banyak pihak, apalagi anak-anak. Kembali pada komitmen awal akan banyak membantu,

Menemukan kembali puzzle, dan keping romantis, perjuangan, dan ketika  belum mapan, hal ini juga sangat membantu. Dengan demikian, akan menyadari bahwa peran pasangan sungguh besar, tidak mudah, ketika sukses itu ada pihak yang memberikan bantuan yang tidak kecil.

Pengampunan, sikap yang tidak mudah, karena orang sering berpikir balas, saling setimpal, dan hanya pada tahap melupakan. Melupakan ini kalau ingat akan menjadi bencana lebih besar. Pengampunan itu tidak lagi mempengaruhi sikap batin. Memang itu tidak mudah, dengan kerendahatian kedua belah pihak bisa sangat membantu.

Apabila hal-hal di atas belum bisa teratasi dengan komunikasi berdua, temukan rekan, pemuka agama, guru, atau kerabat yang memang bisa "mengalahkan" keduanya. Biasanya satu pihak merasa lebih hebat, tidak merasa bersalah, cari sosok atau figur berwibawa yang ditakuti, disegani, dan pihak yang keras kepala itu mau mendengarkan. Perlu pihak ketiga untuk mengatasi persoalan seperti itu.

Cinta itu membebaskan, menumbuhkan, dan mengembangkan, mosok hal itu ketika berpacaran saja, jelas tidak, namun sepanjang hayat dikandung badan. Menemukan kembali percik-perck cinta di kala akan meredup, jangan jadikan cinta menjadi benci, namun perkembangkan menjadi kasih yang akan memperkembangkan semuanya.

Tarik ulur, saling tuduh, dan merasa hanya ada kekurangan pada pasangan itu hanya rasionalisasi, pembenar atas perilaku salah dan tidak bertanggung jawab semata. Pasangan itu pribadi yang sama kog, tidak akan berubah, dan penghayatan itu yang berubah.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun