PAN sudah ke mana-mana bersama Sandi, minimal Zulkifli Hasan jaminan jadi karena sudah beredar dalam kapasitas ketua MPR dan bersama Sandi termasuk ke kampus, sebelum masa kampanye. Jelas pomi yang lumayan.
Demokrat yang merasa tidak mendapatkan apa-apa, cukup cerdik dengan menohok memakai tagihan ini. Toh PKS telah sukses mendapatkan apa yang mereka inginkan. Pola yang sama dan sukses juga.
Apa yang terjadi ini memperlihatkan rapuhnya kebersamaan mereka, susah menyatakan bahwa mereka solid, sulit iya. Hampir semua lini malah saling serang, saling menegasikan satu sama lain. Susah melihat mereka utuh dalam satu kesamaan perjuangan.
Mengapa bisa demikian?
Kebersamaan mereka didasari sikap menang-kalah, bukan menang-menang, di mana yang tidak mendapatkan jatah itu juga merasa tidak rugi dan ditinggalkan. Merasa dan tahu diri bahwa memang mereka tidak cukup mampu memiliki kader dan kandidat yang mumpuni.
Fokus partai politik dan politikus yang di sana lebih cenderung memperlihatkan fokusnya hanya kursi dan demi kepentingan sektarian, pribadi dan kelompok, bukan demi bangsa dan negara. Ini jelas lebih membahayakan karena keberadaan bangsa di tepikan demi ambisi pribadi.
Program yang tidak jelas, atau malah tidak ada makin membuat mereka berjuang sendiri-sendiri. Pemersatu dan lebih memudahkan gerak jika ada kesamaan program, visi, atau misi. Â Belum terdengar apapun mengenai hal ini.
Demokrat sangat dan terlihat ngotot membesarkan nama AHY yang selama ini toh sudah dua kali dipecundangi Sandi. Jika berbicara 2024, artinya AHY akan menjadi pesaing Sandi. Di sinilah peran panasnya kebersamaan mereka selalu tinggi.
Mereka, Demokrat tetap tidak terima mengapa Sandi, dan bukan AHY. Soal tuduhan kardus itu tetap masih kuat di dalam tubuh Demokrat. Yang tidak akan rela Sandi bisa menepikan makin jauh AHY. Susah juga mereka bisa melangkah dengan sinergis jika penuh dengan kepentingan dan kehendak masing-masing.
Jelas apa yang disajikan itu kualitas, dan apakah itu patut diberi kepercayaan?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H