Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon, Hati-hati Jangan Sampai Kejadian RS Menjadi RS Jilid 2!

9 November 2018   05:00 Diperbarui: 9 November 2018   11:08 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sangat menarik apa yang disampaikan Fadli Zon yang demikian reaktif ketika ada persitiwa, isu, dan wacana yang sekiranya menyudutkan pemerintah. Belum juga reda kisah Ratna Sarumpaet, masuk pengadilan pun belum, bisa-bisa ini, kasus, kisah Rizieq Shihab di Arab sana bisa menjadi kisah RS jilid 2, di mana mereka akan malu dan merasa jadi korban lagi, dan tuduhan pada pihak pemerintah sebagai khilaf lagi.

Sedikit melihat kisah atau kejadian Ratna Sarumpaet, di mana ada fakta muka bengkak, yang diklaim sebagai karena penganiayaan orang di dekat bandara Bandung. Tanpa ba bi bu banyak pemberitaan, ulasan via media sosial, dan bahkan ada konferensi pres mengenai penganiayaan oleh orang pada nenek-nenek, ini biadab, dan ujung-ujungnya adalah pemerintah.

Tidak mau tahu pokoknya adalah pemerintah bisa terkondisikan, tersudut, dan pada posisi buruk karena tidak mampu melindungi salah satu warga negaranya yang dinilai aktivis, seelevel dengan RA Kartini atau Cut Nyak Dhin.

Tiba-tiba ada pengakuan bengkak itu karena operasi plastik. Langsung para pembela itu menyatakan diri sebagai korban. Beramai-ramai meninggalkan dan tidak ada lagi yang mengingatnya, bahkan "dipecat" dari tim pemenangan mereka.

Kisah RS model lain, Rizieq, salah satu elit mereka juga menyatakan soal intelijen yang bermain. Cukup menarik dan bahkan maaf sebenarnya untuk sekelah pimpinan dewan berkomentar demikian ya memalukan. Mengapa demikian?

Pertama, apa iya intelijen Indonesia, dalam arti luas pemerintah mau membuka perseteruan secara terbuka pada Arab Saudi? Hanya intelijen gila yang main sekasar itu hanya demi seorang RS, apa sebanding dengan relasi pemerintahan Indonesia dan Arab Saudi yang selama ini sangat baik?

Kedua, apa sebanding jika benar intelijen bekerja hanya menjatuhkan RS namun risikonya bisa ke mana-mana. Ingat TKI yang antri dihukum  mati di sana tidak sedikit. Jauh lebih mudah "menghabisi" di sini bukan di negeri lain.

Ketiga, apa sepenting itu posisi RS sehingga pemerintah harus mempermalukan negara di depan dunia internasional. Beda lebvel Khasogi dan RS, di mana idealisme dan pernyataan Khasogi itu berisi, beda dengan RS yang hanya asal bicara tanpa dasar.

Keempat, apa iya levelRS yang melarikan diri itu harus diurus oleh intelijen hanya untuk mempermalukan bangsa dan pemerintah di Indonesia? Sangat tidak sebanding. Bagaimana kerugian yang ia ciptakan jauh lebih banyak, toh kementerian luar negeri toh masih diseret-seret.

Jauh lebih logis, jauh lebih berkelas jika Fadli Zon itu berbicara mengenai TKI yang dihukum mati dan akan dihukum mati. Jelas itu pejuang-pejuang bermartabat, bukan pelarian atas kasus yang masih belum beranjak, namun sudah ketakutan terlebih dahulu. Mana lebih berkualitas TKI yang bekerja membanting tulang dan terkena masalah hukum di negeri orang, atau pelarian atas dugaan kasus mesum?

Jika memang Rizieq itu pribadi yang bertanggung jawab ya datang ke kepolisian, apalagi sudah banyak yang di-SP3-kan, mengapa masih ketakutan seperti tikus got disergap kucing begitu?  Teriak-teriak di negeri orang dan ketika mendapat masalah hukum, ngemis kepada negeri dan pemerintahan yang ia ludahi terus menerus itu.

Seolah energi ini hanya berpusat pada orang-orang tertentu saja. Pemerintah itu berbeda dengan oposisi sontoloyo yang hanya nyanggong di tikungan untuk menangguk keadaan yang menguntungkan. Energi, pemikiran, dan daya upaya dibagi-bagi bagi banyak hal dan itu harus dilakukan. Coba apa yang mereka lakukan bagi Ratna Sarumpaet yang mereka bela dengan mati-matian dulu? NOL besar. Pun kasus RS di Arab toh kementrian luar negeri yang berperan. Mana yang katanya mau menjemput itu?

Pemerintah itu bekerja, di mana posisi Zon dan kawan-kawan menyaksikan remaja yang gila dengan mabuk dengan pembalut, atau upaya pencarian korban Lion Air, selain menyebarkan kebohongan, tuduhan pemerintah melindungi karena pemilik merupakan pendukung, atau komentar mereka soal Lion yang menyerempet tiang? Tidak ada sama sekali. Memang Rizieq lebih berharga daripada Tuti atau korban Lion atau remaja yang mabuk itu?

Apa yang akan terjadi jika RS ini ternyata kejadiannya mirip atau bahkan sama dengan RS yang di Indonesia, mereka akan merasa dibohongi, menjadi korban, ramai-ramai menuding ke RS sebagai biang keladi. Merasa menjadi korban dan lupa kalau pernah berteriak-teriak menuding pelakunya adalah pemerintah.

Masyarakat itu sudah semakin maju, tidak usah diajari untuk kembali bodoh seperti pola pikir mereka itu. Gelar doktor, jabatan mentereng dewan, pimpinan lagi, tapi pola pikir dan perilaku tidak lebih baik dari pada orang yang tidak pernah makan bangku sekolahan. Lebih waras anak yang mabuk pembalut daripada orang sehat namun ngelantur dalam berpikir hanya demi mendapatkan sebuah kursi dan jabatan.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun