Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon, Hati-hati Jangan Sampai Kejadian RS Menjadi RS Jilid 2!

9 November 2018   05:00 Diperbarui: 9 November 2018   11:08 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seolah energi ini hanya berpusat pada orang-orang tertentu saja. Pemerintah itu berbeda dengan oposisi sontoloyo yang hanya nyanggong di tikungan untuk menangguk keadaan yang menguntungkan. Energi, pemikiran, dan daya upaya dibagi-bagi bagi banyak hal dan itu harus dilakukan. Coba apa yang mereka lakukan bagi Ratna Sarumpaet yang mereka bela dengan mati-matian dulu? NOL besar. Pun kasus RS di Arab toh kementrian luar negeri yang berperan. Mana yang katanya mau menjemput itu?

Pemerintah itu bekerja, di mana posisi Zon dan kawan-kawan menyaksikan remaja yang gila dengan mabuk dengan pembalut, atau upaya pencarian korban Lion Air, selain menyebarkan kebohongan, tuduhan pemerintah melindungi karena pemilik merupakan pendukung, atau komentar mereka soal Lion yang menyerempet tiang? Tidak ada sama sekali. Memang Rizieq lebih berharga daripada Tuti atau korban Lion atau remaja yang mabuk itu?

Apa yang akan terjadi jika RS ini ternyata kejadiannya mirip atau bahkan sama dengan RS yang di Indonesia, mereka akan merasa dibohongi, menjadi korban, ramai-ramai menuding ke RS sebagai biang keladi. Merasa menjadi korban dan lupa kalau pernah berteriak-teriak menuding pelakunya adalah pemerintah.

Masyarakat itu sudah semakin maju, tidak usah diajari untuk kembali bodoh seperti pola pikir mereka itu. Gelar doktor, jabatan mentereng dewan, pimpinan lagi, tapi pola pikir dan perilaku tidak lebih baik dari pada orang yang tidak pernah makan bangku sekolahan. Lebih waras anak yang mabuk pembalut daripada orang sehat namun ngelantur dalam berpikir hanya demi mendapatkan sebuah kursi dan jabatan.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun