Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilpres 2019 Jadi atau Tidak, Sih?

8 November 2018   10:07 Diperbarui: 8 November 2018   10:15 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilpres dan pileg 2019 seolah malah makin mundur, di mana esensi untuk saling mempertajam prestasi dan harapan itu pudar. Seolah diam di tempat kalau tidak terlalu pesimis mundur.  Kedua paslon riuh rendah namun bukan esensi berkampanye dan berdinamika politik, hanya berkutat pada nama semata. Nama kedua paslon, intirik, saling lapor, dan entah mau dibawa ke mana model poltik seperti ini.

Berbicara paslon, termasuk di dalamnya adalah timses, parpol pendukung dan pengusung, termasuk jelas yang utama kedua kandidat presiden dan wakil presidennya. Tidak hanya pada Si A sebagai capres atau si B sebagai cawapres, dalam dalam artian sangat luas sebagai tim dalam paslon itu.

Dimulai dari nomor urut 01. Pasangan incumbent yang memang bukan hanya dalam gelaran pilpres ini, sejak kemenangan lebih dari empat tahun lalu, nada dasarnya sama. Hanya dijadikan bahan kesalahan dan limpahan serta tuduhan kadang fitnah juga.  

Suka atau tidak, bagaimana bisa ada bencana alam dan pesawat jatuh pun ujung-ujungnya ganti presiden. Dulu awal-awal menjabat hanya soal kancing baju dan cara berjalan turun atau naik pesawat saja jadi bahan berlama-lama.

Kondisi itu membuat energi terkuras banyak hanya untuk membela diri. Ingat ini juga penting karena didiamkan lama-lama berlebihan dan makin tidak mendasar. 

Diam itu penting, tetapi meluruskan itu juga sangat penting, karena apa yang disampaikan sering asal-asalan dan membelokan persepsi secara serampangan. Mana ada katanya mendukung salah satu tokoh mereka yang diperiksa polisi toh lagu wajibnya ganti presiden. Ada bendera dibakar, ujung-ujungnya juga ganti presiden.

Apa yang terjadi jika tidak ditanggapi makin menjadi, eh ditanggapi katanya marah-marah, emosi, karena suaranya makin terkikis. Coba bayangkan energi untuk kampanye dan pemilu, sekaligus membangun karena masih emnjabat bisa habis jika tidak mampu mengelola dengan baik.

Mengatakan prestasi yang dicapai katanya bohong, katanya pencitraan, katanya tidka butuh, namanya pemerintah membangun itu jelas kewajiban. Salah sendiri ada di luar pemerintah sehingga tidak bisa memiliki prestasi, padahal sejatinya tidak demikian. berseberangan dengan pemerintah jika cerdas juga bisa memberikan manfaat bagi bangsa dan negara. Asal bukan oposisi waton sulaya.

Paslon 02

Asyik dengan tebar pesona sambil tebar blunder. Tim pemenangan sampai pusing harus klarisfikasi, meluruskan, menerjemahkan sehingga kadang malah jadi kacau balau. Kesibukan tim pemenangan itu malah bukan menawarkan program, figur yang dapat meyakinkan pemilih, namun lebih banyak menangkis bahwa pasangan yang mereka usung itu tidak bermaksud demikian.

Pola yang identik sebenarnya, membuat pernyataan, atau bereaksi atas peristiwa, kemudian ternyata salah lagi salah lagi dan meminta maaf. Mau tidak mau, klarifikasi, tangkisan, dan meluruskan dari tim pemenangan dan partai pengusung kehabisan energi hanya untuk hal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun