Salah satu produk reformasi adalah tumbuh kembangnya partai politik. Partai politik dengan mudah mati dan bangkit lagi, hanya dengan menambal sulam nama dan pengurusnya.Â
Mengenai ideologi, tampaknya sama saja, toh yang agama perilakunya tidak patut jika dirunut dari ajaran agama. Yang nasionalispun dalam kondisi tertentu kadang sektarian. Sama saja
Salah satu yang seperti akan menjadi bintang adalah PK kala itu. Menjelma menjadi PKS yang bisa menapaki peringkat  atas. Pergantian pengurus dan pimpinan pusatpun relatif lebih adem, natural, dan sangat lepas dari sosok atau tokoh berbeda dengan partai lain.
Perjalanan yang cukup menjanjikan, bahkan bisa mengalahkan PAN dengan nama besar Amien Rais dan orang-orang politik lama dan kawakan. Putih yang seolah harapan baru. Namun itu tidak lama ternyata.
Mereka yang memiliki ciri militan oleh para pengikutnya ternyata rapuh, jauh lebih cepat hancur dibandingkan partai-partai lain. Dulu hantaman korupsi dan skandal lawan jenis saja masih banyak yang membela dan setia akan partai dan pilihannya.
Badai korupsi
Mengagetkan dan membuat tercengag kala pimpinan pusatnya yang langsung kena KPK. Kondisi makin berat karena pimpinan pusatnya.Â
Selain korupsi ternyata ada skandal lawan jenis di sana. Dua noda yang sulit lepas dan itu berbeda dengan kasus-kasus lain. Fakta ini masih  membuat banyak kader dan simpatisan tetap loyal.
Laporan demi laporan mengenai skandal korupsi yang melibatkan petinggi dan pengurus PKS makin banyak. Hilir mudik memenuhi panggilan KPK membuat keadaan PKS makin sesak, tidak lagi solid.
Gambaran PKS Haus Kuasa
Ada dua indikasi haus kuasa PKS. Pertama, dari menteri bisa saja langsung ikut pemilihan kepala daerah, hanya sekelah bupati-walikota. Namanya jenjang karir akan menanjak, naik, bukan malah turun.Â