Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Ugal-ugalan ala Partai Ini

30 Oktober 2018   20:13 Diperbarui: 31 Oktober 2018   08:19 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa memilih ugal-ugalan, dan bukan ceroboh atau gegabah? Jika ceroboh atau gegabah itu ada sebuah ketidakmengertian, atau kesabaran, atau ketidakcermatan yang tidak sengaja terabaikan dan menyatakan atau membuat keputusan. Berbeda jika ugal-ugalan,  karena mereka tahu akibatnya, namun karena tidak mau tahu, sehingga dilabrak dan ditabrak saja apa yang sekiranya bisa dihindarkan.

Sama juga dengan abg yang ugal-ugalan dalam  berkendara, mereka tahu risikonya jika mengendarai dengan melebihi kewajaran, tanpa alat keselamatan lagi, mereka juga tahu bahwa itu bisa membahayakan diri dan lingkungannya. Mereka jelas paham apa yang sekiranya terjadi, toh dilakukan juga.

Dari elit hingga akar rumput mereka tampaknya melakukannya dengan sadar. Sadar beda dengan sengaja lho ya, memang sih kadang mereka sengaja. Salah satu hal yang menyolok mereka lakukan bahwa itu adalah ugal-ugalan, memang ada unsur ceroboh dan gegabah. Mereka cenderung kebat keliwat, ungkapan dalam bahasa Jawa cepat namun salah,, atau lewat dari garis finis yang seharusnya.

Prabowo dan kawan-kawan jelas ceroboh dalam kasus Ratna Sarumpaet, dan ini masih berkelanjutan karena belum masuk persidangan. Yang jelas telah menunjukan bahwa Prabowo ceroboh dan anak buahnya ugal-galan karena membela bak babti buta atas perilaku salah ini. jelas salah bukan minta maaf malah melebar ke mana-mana. Ini  tabiat yang bisa menjadi karakter dan perilaku menyimpang yang tidak disadari mereka.

Pengikutinya memiliki pola yang sama. Anggota dewan yang menyatakan pemerintah lamban menyikapi hjatuhnya pesawat kemarin. Ini bukan soal cepat atau lambat, namun bijak menyikapi kejadian, sehingga tidak menjadikan keadaan lebih buruk.

Cepat namun salah sasaran, lambat juga potensi menjadikan keadaan was-was. Bijak itu bisa berlaku dengan pas dalam kondisi yang paling  membutuhkan perhatian. Cepat atau lambat itu relatif, namun yang penting sikap itu tidak malah merugikan dan membuat keadaan lebih buruk.

Menuding pihak lain sebagai pelaku dan mereka tidak pernah salah. Kembali soal RS, semua, dari Prabowo, Dahnil, Zon, dan siapapun mengaku korban. Mereka dikelabui, padahal pas gegap gempita soal itu mereka merasa "pemerintah" yang pasti salah, dan RS adalah korban yang diperlakukan tidak adil.

Dalam kontroversi RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan, lagi-lagi orang Gerindra menuding P3 dan PKB sebagai pihak yang berinisiatif untuk merancang  UU ini. Lucu dan memalukan sebenarnya, bagaimana bisa sesama anggota dewan menuding pihak lain. Beda ketika itu adalah pemerintah atau ormas keagamaan yang menyatakan.

Dari hal ini bisa dipelajari, kinerja mereka sangat buruk, ketika baik akan cepat-cepat merasa terlibat. Namun saat ada penolakan, ada kegagalan, dan ada kontroversi mereka lari dan menuding pihak lain. Cuci tangan soalah mereka tidak terlibat.

Tidak mungkin dewan tidak tahu rancangan franksi lain, bagaimana mereka dulu setuju jika demikian? atau asal terima kardus semua baik-baik saja? Makin terkonfirmasi bahwa kualitas dewan kali ini paling buruk, diperparah ketua dan salah satu wakilnya sudah terpidana dan tersangka korupsi.

Persoalan wakil gubernur Jakarta juga menunjukkan bagaimana mereka cenderung mencari untung sendiri. Usai menyapu bersih jabatan strategis dalam pilres dengan capres dan cawapres serta ketua tim kampanye, mereka tidak peduli pada kebersamaan dalam koalisi. Pun Jakarta mereka menafikan PKS dan tampak akan memaksakan Taufik menjadi bakal calon wakil gubernur.

Lihat kualitas dan masa lalu Taufik yang mantan terpidana korupsi. Ini terpidana lho, bukan tersangka, mereka tidak peduli. Apakah sudah tidak lagi punya kader mumpuni atau memang kepemimpinan yang buruk? Nampaknya memang kepemimpinan yang ugal-ugalan.

Beberapa kisah bawah tanah, alias desas-desus, jelas tidak akan ada dalam media arus utama, kalau ketua di daerah, atau provinsi dengan mudah ada SK begitu saja untuk mengangkat orang baru. Orang lama sudah diabaikan begitu saja. Memang akan sulit mendapatkan fakta ini, namun dari beberapa kasus, bisa diyakini bahwa model habis manis kau ditendang itu nyata adanya.

Bagaimana pembelaan mereka pada Buni Yani dulu sebelum Ahok terpidana, namun kini, bagaimana status BY yang masih tersandera kasusnya, mana mereka peduli. Pun dengan Jonru, yang terbaru jelas ada pada RS. Semua merasa bersih dan RS lah pelaku tunggal.

Kepemimpinan itu perlu yang namanya bijak. Cepat tapi mengandung banyak risiko belum tentu baik, pun lambat juga belum tentu buruk. Nah di sinilah kualitas kepemimpinan itu terlihat dengan baik dan gamblang. Kapan cepat kapan lamban itu bisa terjadi dengan semestinya. Pemimpin yang baik tidak akan grusa-grusu. Kebat klewat, dan ugal-ugalan itu bukan contoh kepemimpinan yang baik.

Menyaring dan memilah serta memilih yang baik dengan cermat, bukan asal menguntungkan ikut terlibat, kalau buruk pura-pura bersih dan meninggalkan begitu saja. Pemimpin yang baik akan selalu ada dalam kondisi apapun bagi rekan, sejawat, dan anak buah. Tidak lari ketika tidak enak.

Dari gambaran keadaan tersebut, jelas ke mana pilihan harus diberikan bukan? Apa iya memilih pada orang dan kelompok ugal-ugalan, mereka tahu ada yang tidak benar tapi membiarkannya karena ada kemungkinan keuntungan yang bisa diperoleh. Sangat tidak patut jika demikian.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun