Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Politik Keutamaan ala Gandhi dan Politik Ketakutan ala Trumowo

21 Oktober 2018   19:25 Diperbarui: 21 Oktober 2018   19:58 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menarik akhir-akhir ini mengatakan soal HAM yang tidak bisa diselesaikan oleh Jokowi. Coba bayangkan jika itu yang melakukan kubu mereka? Pasti akan dikatakan sebagai pembunuhan karakter. Siapa pelaku pelanggaran HAM coba. Mengatakan tidak peduli pada orang miskin, padahal siapa yang kaya raya dan tidak pernah miskin. Kekayaan bukan karena kerja keras dan usaha sendiri, namun warisan.

Trump menuduh Hilary berselingkuh, tanpa memberikan bukti apapun. Padahal jelas-jelas pelaku pelecehan perempuan ada pada dirinya.  Menuding pihak lain sebagai pelaku apa yang sejatinya ia jalani sendiri.

Hal ini sebenarnya sangat biasa terjadi empat tahun terakhir. Bagaimana Jokowi dinyatakan sebagai pembohong, padahal jelas-jelas terbukti siapa yang menyebarkan berita Ratna Sarumpaet adalah penyiksaan?

Tekanan pada Kelompok Besar dan Ancaman bagi yang Kecil

Kepada komunitas Kristen Evangelis, Trump mengatakan, akan ada orang kasar yang akan mengambil  keuntungan jika kalian tidak memilih (ku Trump, penulis). Jelas bahwa kelompok Kristen merupakan pemilih potensial, mereka ditakut-takuti bahwa akan ada "hantu" yang akan mengambil apa yang mereka punyai, jika Trump kalah.

Dalam konteks di sini, mendengung-dengungkan bahwa ada gerakan antiislam, antiulama, dan sejenisnya sebagai bentuk mendapatkan dukungan yang cukup signifikan dari kelompok terbesar bangsa ini.

Faktanya jelas tidak ada. Siapa yang antiagama tertentu, siapa yang antiulama, karena kandidat lain pun beragama Islam. Siapa yang memainkan agama dan kondisi hidup bersama, kelompok 02. Memainkan kalau Jokowi antiislam, akan menyudutkan Islam, eh malah diganjar termasuk nomor 16 dari 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia. Jangan nanti menuding itu pencitraan dan membeli, hayo siapa yang jagoan membeli penghargaan? Ada di kubu mana ya? Mana Fahri, mana Fadli yang katanya agamis itu?

Siapa juga yang mengukuhkan Hari Santri Nasional coba? Apa itu antiislam juga? Apa ada orang anti namun mau memberikan penghargaan dalam perayaan nasional? Lagi-lagi ngawur dan grusa-grusu.

Menebar Kebohongan

Salah satu yang diungkapkan soal tuduhan selingkuh Hilary, jelas tanpa bukti dan usai begitu saja. Apalagi jika menyangkut mengenai Islam dan imigran. Hal yang sangat ia kuasai dan pakai untuk membuat orang takut dan kemudian memilihnya. Pemilih disuguhi ilustrasi bohongan yang memang ia sengaja dan dilakukan dengan gaya yang tidak peduli.

Apa yang kita saksikan akhir-akhir ini tidak jauh berbeda. Bagaimana bom molotov, mobil kebakaran, dan puncaknya jelas pada kasus RS. Blunder yang tidak sesuai skenario dan ya pantas membuat merekaa tiarap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun