Mirip dengan anak yang tidak boleh meminjam motor dan kemudian membanting kakaknya hingga meinggal beberapa waktu. Kepentingannya terganggu, khas anak, orang dewasa tidak akan demikian. Orang yang sudah matang tidak akan mengambil keputusan dan sikap yang menggelikan demikian.
Meminta kepala kepolisian yang anak buahnya akan memeriksanya untuk dicopot dengan tudingan korupsi. Halah malah mau membuat cicak buaya lagi. Untuk kedewasaan kedua belah pihak dan  pemerintah yang tidak reaktif bisa meredam situasi itu.
Sebelum pemeriksaan riuh rendah, bahkan ada ancaman soal limit waktu segala. Toh sangat bertolak belakang ketika keluar dari ruang pemeriksaan.
Eh lebih mempertontonkan kekanakannya usai diperiksa, ia nyatakan polisi memuliakannya, memeriksa kesehatannya, memberinya makan siang, melakukan ibadah, dan separo dari durasi waktu yang ada itu dipakai untuk becanda, ngobrol banyak hal. Pokoknya penyidik menghormatinya. Lihat menghormati dan memuliakan.
Nada dasar dan khas kanak-kanak, seberapapun usia dan ketuaan, kanak-kanak demikian tetap tidak akan pernah bisa beranjak. Mengapa?
Jelas saja ia merasa lebih dari pihak lain. Ia yang paling dalam segala hal. Ini yang membuatnya tidak bisa berkembang lebih baik lagi. Perubahan jelas tidak bisa diharapkan kenyataannya ia merasa sudah super. Dan akhirnya jelas orang lain yang mendapatkan tumpuan kemarahan, malu, dan menanggung beban kesalahan dan keributan yang bisa ia timbulkan.
Model demikian juga tidak akan pernah merasa bersalah dan mengakui kesalahan. Jika salah dan ketahuan ia akan berupaya menimpakan tanggung jawab pada pihak lain. Melarikan diri dari akibat perilakunya merupakan hal yang sangat biasa bagi pribadi demikian.
Kekonyolan demi kekonyolan kadang tidak bisa diatasi karena tidak ada yang berani menyuarakan kebenaran dan kenyataannya. Risiko ngambeg yang tidak terkendali membuat lingkarannya diam dan mencari aman saja.
Siapakah dia? Â Sudah banyak yang paham kog.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H