Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rupa Amien Rais dan Reformasi

10 Oktober 2018   17:02 Diperbarui: 10 Oktober 2018   17:07 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa sih tidak kenal Amien Rais? Tentu hampir semua kenal siapa salah satu tokoh bangsa ini. Aktivis sosial politik, akademisi, pernah menjadi ketua umum PP Muhamadiyah, menjadi deklarator MAR, akhirnya menjadi ketua umum sekaligus pencetus PAN. Jadi sangat kecil kemungkinannya orang tidak kenal siapa Amien Rais.

Hari-hari ini, Amien menjadi kembali tenar dan makin melambung karena sikapnya yang terlihat berlebihan dalam menyikapi panggilan polisi. Ini hanya panggilan sebagai saksi atas kasus Ratna Sarumpaet. Saksi bisa meringankan atau memberatkan Ratna Sarumpaet. Menarik adalah apa coba perlunya ratusan pengacara, pendukung yang sudah berkumpul, dan bahkan ada ide untuk pra peradilan. Haduh, bagaimana saksi saja sebegitu ribetnya, bagaimana jika jadi tersangka dan akhirnya terdakwa.

Upaya untuk tidak datang dengan dalih penulisan nama yang tidak sesuai, tanpa adanya Muhamad dan gelar akademiknya. Ya sudahlah kalau ini masih bisa diterima nalar sehat, meskipun kata anak sekarang alasan recehan. Toh diperbaiki dan mau datang.

Datangpun masih dengan segudang pernyataan yang menyangkut-nyangkut pihak lain, kapolri lah, KPK-lah, dan seterusnya. Yang jelas dan pasti itu, bahwa ia tidak merasa patut untuk dipanggil, padahal kesaksian itu bisa apa saja artinya. Bisa dalam arti membantu kepolisian untuk menjernihkan semua hal, ini jelas tanggung jawab dan kewajiban warga negara yang baik dan taat hukum.

Bisa pula membantu Ratna Sarumpaet sebagai pelaku dan juga bisa korban, yang pasti sedang  "menderita", hayo mengaku tokoh agama, mosok membantu saja malah ribet dengan hal yang remeh atau receh. Beda waktu ikut dalam konprensi pers kala itu, tanpa ba bi bu langsung ikut. Ada apa?

Membantu menjernihkan persoalan sebagaimana adanya, bukan hanya klaim sepihak oleh masing-masing pribadi yang tersangkut di sana. Hayo katanya akademisi, profesor, yang harusnya adilsejak dalam pikiran, meminjam istilah Eyang Pram. Tidak hanya Amien saja yang kini tercoreng, ada Prabowo, Fadli Zon, Ratna jelas, eh malah menyeret-nyeret juga Jokowi.

Tidak heran malah akhirnya merembet ke nepotisme yang pada era reformasi adalah amunisi andalan, dan ia klaim sebagai  pahlawan, malah kini semua anak-anaknya menyalonkan diri untuk menjadi anggota dewan. Bagaimana menjawab hal ini coba?

Kedatangan ke kepolisian pun masih dengan tidak rela, maunya ikut menyeret orang lain, malah yang terbaru menyebut nama Tito Karnavian segala. Tidak ada yang salah, tidak ada orang suci dan kebal hukum. Kalau tahu sejak lama, mengapa baru diungkap. Apa mau menyandera da menyelamatkan diri? Jika model demikian, mana watak ksatria itu? Berani bertindak ya bertanggung jawab, bukan menggigit pihak lain.

Kaitan kapolri juga dengan KPK jika memang demikian. Kembali, ke mana saja selama ini? Mengapa ketika ada potensi bisa berhadapan  dengan hukum, ingat masih potensi, belum aktus, merasa seolah semua salah dan dirinya benar?  Mosok mencari Rp. 200 juta hadiah kalau mengungkap kasus korupsi. Mayan lah jadi ada Rp. 800 juta dengan buntalan yang lalu itu?

Salah satu sifat reformis itu taat hukum. Ingat kata Prof Yusril pun demikian, tidak perlu risau. Kan tidak ada masalah. Mengapa harus  bak kebakaran jenggot begitu? Meradang seperti orang bisulan dan kena sentil.

Taat hukum ya datang sebagai warga negara yang baik. Tidak perlu melakukan intimidasi dengan wacana yang bak tong kosong itu. Lupa kah soal jalan kaki Jogja-Jakarta?  Mengancam membuka kebobrokan lembaga dan pribadi lain. Apa iya model demikian itu ciri orang bertanggung jawab. Coba apa iya, Pak Hamzah Haz dipanggil, kan tidak, karena memang tidak berkaitan. Jika Pak Hamzah Haz dipanggil tidak ada alasan, itu boleh mengaku dikriminalisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun