Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pramoedya Ananta Toer, PKS, dan Mendadak Ulama

10 Oktober 2018   05:00 Diperbarui: 10 Oktober 2018   05:08 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

KBBI memberikan definisi ulama adalah benar memang ahli dalam bidang, namun secara spesifik diberi batasan ilmu agama Islam. Artinya, bukan ahli dalam bidang yang lain. Tidak bisa pak Habibie dinyatakan sebagai ulama pesawat terbang. Atau Deddy Corbuzier ulama sulap. Tidak masuk definisi ini dalam konteks KBBI.

Jika pun Sandi itu berangkat dari pesantren, atau memang ulama dalam keagamaan, lha memang akan mengubah keadaan? Sama juga dengan latar belakangnya yang pengusaha, atau bahasa Fahri itu pedagang. Lha memang kalau santri dan ulama lebih baik dari pada pedagang atau politikus, atau sebaliknya, kalau birokrat pasti lebih jelek dari pada jika ulama?

Memaksakan label ulama dan santri pada Sandi sejatinya malah mempermainkan keulamaan, membuat dikotomi dan pelabelan dalam politik. Demokrasi yang katanya dijunjung tinggi, namun malah membuat pembatasan-pembatasan yang jauh dari semangat dasar berdemokrasi.

Salah satu esensi demokrasi adalah kesamaan dalam dalam banyak hal. Sama di muka hukum, sama di dalam kesempatan untuk apa saja. Diskriminatif perlu disingkirkan jauh-jauh, jika memang mengaku sebagai pribadi demokratis.

Menjual label, agama, ataupun kesukuan, hanya dilakukan oleh kelompok yang minder. Merasa kecil dan berlindung di balik yang besar, yaitu agama atau suku. Apalagi memaksakan diri dengan mengubah-ubah tafsiran istilah.

Agama dan keagamaan memang sangat menjanjikan dalam mengumpulkan massa dan kehormatan. Sensitifitas dari masa ke masa masih saja relatif sama. Hal yang telah sukses diselesaikan, sayang kembali menggejala lagi.

Terima kasih dan salam

Inspirasi: Arus Balik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun