Riuh rendah persoalan ini, menyeret KSP, dan sajian ciutan yang seolah-olah besar, dan akhirnya juga melempem. Diam seribu bahasa, tidak ada lagi pembahasan itu.
Ketidakadilan dan Pelanggaran Komitmen Deklarasi Kampanye Damai
Hal yang cukup lucu, ketika lima belas partai dengan kelengkapannya yang lain nyaman-nyaman saja, namun ia merasa mendapatkan ketidakdilan. Posisi istimewa, bukan semata sebagai ketum parpol, eh masih saja merajuk dan ngacir dari arena.
Riuh rendah itu juga usai tanpa ada yang esensial. Hanya anak gede merajuk karena mainannya direbut kawannya. Begitu saja
Tuduhan Nasdem dan Jokowi hingga 2018gantipresiden
Lagi-lagi gelandang yang main kayu ini menuduh Kejaksaan, Nasdem, dan ujungnya Jokowi sebagai pelaku ketidakadilan ketika ada perpindahan yang ia bahasakan membajak kader. Sangat berlebihan jika sampai presiden dibawa-bawa dan diganti, emang AHY mampu?
Tidak lama, SBY minta maaf, namun tetap AA melaju tanpa adanya tindakan. Jelas perilaku tidak elok, dengan kata maaf berarti memang ada yang salah, namun apa iya pelakunya dibiarkan saja?
Melihat umpan pendek ala AA dan SBY ini kog jelas, mereka hanya nylampar, bukan permainan yang indah yang mau ditampilkan, namun permainan yang pokoknya menjadi bahan pembicaraan mau bagus atau jelek tidak menjadi pertimbangan.
Melihat perilaku SBY yang demikian, apa yang mau disasar?
Tetap AYH bisa duduk di mana yang cukup mendapatkan sorotan, baik di kubu Prabowo-Sandi, ataupu Jokowi-KHMA. Tidak heran mereka tidak mengendalikan kader mereka yang mendukung JKw-KHMA.
Main dua kaki yang terlalu vulgar dan kasar, sangat tidak elok apa yang ditampilkan Demokrat. Nama sendiri saja dikhianati, apa iya tidak akan menikam rekannya? Susah menyakini kerja keras Demokrat di 2019 kalau fokusnya adalah kursi untuk AHY saja.