Pelabelan dan pemisahan sebagai pihak lain. Berbeda sama dengan musuh juga menyumbang peran besar untuk perilaku hidup menang-menang dan rendah sikap mencari kebenaran yang hakiki. Orang lebih menyukai perbedaan daripada persamaan, mengedepankan identitas yang tidak mendasar, dan malah suka akan ketidaktenangan hidup bersama.
Viral. Ini penyakit baru ketika lepas pantas atau tidak, baik atau tidak, yang penting viral dulu. Dan perilaku politik pun ternyata demikian. Sangat mungkin menjadi "penyemangat" secara negatif tentunya.
Upaya apa yang bisa dicari sehingga mengurangi sikap demikian?
Sikap mau menimbang dan melihat sebaliknya. Jika aku pada posisi itu apa yang aku inginkan. Hal ini penting, sehingga orang juga tidak akan dengan serta merta menilai dan menuding. Akan panjang pikir sebelum berucap karena menggunakan saringan terlebih dahulu.
Pendidikan sekolah dan agama bukan sekadar hapalan dan runtutan kurikulum, namun juga diajak berpikir kritis bertanggung jawab. Tidak sekadar ritual dan apalan, namun bagaimana mengamalkan dalam perihidup dan selalu menjadikan itu pedoman hidup. Adanya satu perkataan dan perbuatan, bukan asal-asalan.
Elit perlu mawasdiri bukan semata mengejar kekuasaan dengan menggunakan segala cara, namun bertanding secara elegan dan sportif. Selama ini yang menebar kebencian, caci maki pun melenggang atas nama demokrasi. Padahal itu jelas penghianat demokrasi yang sejati.
Apa iya cucu-cucu negeri ini mendapatkan hibah dan warisan tabiat jahat seperti ini, pembiaran yang membuat makin ke sini makin parah. Keterbukaan budi menjadi penting agar makin dewasa dan bijaksana.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H