Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebenaran Universal dan Kebenaran Pribadi

25 September 2018   05:00 Diperbarui: 25 September 2018   05:33 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pelabelan dan pemisahan sebagai pihak lain. Berbeda sama dengan musuh juga menyumbang peran besar untuk perilaku hidup menang-menang dan rendah sikap mencari kebenaran yang hakiki. Orang lebih menyukai perbedaan daripada persamaan, mengedepankan identitas yang tidak mendasar, dan malah suka akan ketidaktenangan hidup bersama.

Viral. Ini penyakit baru ketika lepas pantas atau tidak, baik atau tidak, yang penting viral dulu. Dan perilaku politik pun ternyata demikian. Sangat mungkin menjadi "penyemangat" secara negatif tentunya.

Upaya apa yang bisa dicari sehingga mengurangi sikap demikian?

Sikap mau menimbang dan melihat sebaliknya. Jika aku pada posisi itu apa yang aku inginkan. Hal ini penting, sehingga orang juga tidak akan dengan serta merta menilai dan menuding. Akan panjang pikir sebelum berucap karena menggunakan saringan terlebih dahulu.

Pendidikan sekolah dan agama bukan sekadar hapalan dan runtutan kurikulum, namun juga diajak berpikir kritis bertanggung jawab. Tidak sekadar ritual dan apalan, namun bagaimana mengamalkan dalam perihidup dan selalu menjadikan itu pedoman hidup. Adanya satu perkataan dan perbuatan, bukan asal-asalan.

Elit perlu mawasdiri bukan semata mengejar kekuasaan dengan menggunakan segala cara, namun bertanding secara elegan dan sportif. Selama ini yang menebar kebencian, caci maki pun melenggang atas nama demokrasi. Padahal itu jelas penghianat demokrasi yang sejati.

Apa iya cucu-cucu negeri ini mendapatkan hibah dan warisan tabiat jahat seperti ini, pembiaran yang membuat makin ke sini makin parah. Keterbukaan budi menjadi penting agar makin dewasa dan bijaksana.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun