Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kepemimpinan Tak Berjarak, Kepemimpinan Partisipatif

23 September 2018   11:35 Diperbarui: 23 September 2018   19:25 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beautiful Words - WordPress.com

Berbicara kepemimpinan, tidak lepas dari apa yang dilakukan para pemimpin baik dari paling  kecil dari keluarga hingga paling besar negara. Bagaimana perilaku di dalam memimpin, mengambil sikap, dan pilihan-pilihan di dalam menyelesaikan masalah, apa fokus pada diri, kelompok, atau siapa yang menjadi fokus utama.  Hal ini akan ikut menentukan hasil akhir yang cukup signifikan.

Beberapa hari lalu dalam pemberitaan, polisi di Solo memilih menghentikan rombongan  kepresidenan untuk memberikan jalan bagi ambulans yang membawa penderita. Pilihan sangat logis dan berani menghentikan rombongan presiden, toh rombongan mau jalan-jalan bukan perjalanan yang sangat penting.

Sekilah pembanding, di masa lalu, rombongan presiden terjebak perjalanan kereta api, padahal biasanya perjalanan kereta yang harus menyesuaikan dengan jadwal perjalan presiden dari bandara menuju pusat kota. Esok paginya seluruh jajaran kereta api dan yang berkaitan dengan perjalanan yang terhambat itu diganti.

Kisah kedua, gubernur Jawa Tengah, duduk di rumah nenek, yang hidup di antara dua rumah saudaranya. Si gubernur menghendaki nenek itu pindah ke panti jompo, namun tidak mau. Pilihan akhirnya gubernur membuatkan kamar yang layak dengan mengajak warga juga mau bergotong royong bagi  pembangunan kamar si nenek.

Akhirnya ada partisipasi dari warga sekitar karena kemauan pimpinan yang memberikan perhatian dan peduli pada salah satu warganya. Adanya sikap yang menggerakan karena tergerak oleh sikap pemimpin yang mau hadir.

Kisah ketiga, ada gubernur dan beberapa pejabat yang makan siang bersama. Media sosial menjadi sarana kehangatan kepemimpinan itu. Ada menteri yang  becanda minta kiriman dan benar dikirim, apalagi jasa pengiriman makin mudah, dan terjadi kehangatan di media sosial itu bagaimana dua pemimpin itu bisa tidak berjarak.

Kisah-kisah dan contoh Itu adalah  pilihan kepemimpinan yang cair, memasyarakat, dan tidak berjarak. Ini hanya gaya, bentuk, dan kembali pilihan. Ada gaya kepemimpinan itu birokratis, kalau tidak menggunakan surat resmi, duduk di depan meja dan protokoler lengkap tidak berkenan. Sangat bisa dipahami, apalagi jika berkaitan dengan pendidikan dasarnya adalah militer, sangat birokratis dan komando yang sangat hirarkhis. Kembali soal pilihan.

Mengapa kebanyakan kepemimpinan kita itu birokratis dan hirarkhis begitu?

Warisan kolonial yang sangat kuat. Suka atau tidak, kepemimpinan kita coraknya adalah militeristis. Penjajahan sekian lama, orde baru sekian panjangnya, dan itu sangat militeristik. 

Partisipasi sepanjang komando berbicara, tidak ada ide, inisiatif, dan gagasan dua arah. Semua adalah perintah dan harus demikian. Perang menjadi landasan berpikirnya, jika semua memiliki gagasan dan boleh memberikan ide dan jalan tanpa komando memang bisa  jadi bencana besar. Dan nampaknya hal ini belum teradaptasi dengan baik di kondisi kepemimpinan sipil.

Orang toh masih suka bergaya kolonial, feodal, dan militeristik. Lihat saja bagaimana senangnya orang dengan protokoler, ritual, dan tampilan yang gagah, megah, dan mewah ala militer. Rombongan dengan iring-iringan panjang, adanya penjagaan yang sangat ketat, dan pengawalan yang berlebihan, seperti ratu negera penjajah ke tanah jajahan saja.

Lebih suka memerintah sehingga jelas berjarak, berbeda dengan kepemimpinan partispatif, di mana tidak berjarak, ada usul, masukan, dan diskusi yang saling terbuka. Susah jika sejak pendidikan yang ada adalah perintah tanpa boleh menyatakan pendapat apalagi membantah. Yang ada jelas hirarkhis birokratis kembali mencuat.

Pilihan tak berjarak itu memang mengandung  konsekuensi yang tidak mudah. Biasanya akan cenderung gaduh, karena belum terbiasa. Ingat eforia reformasi belum usai. Sikap eforia masih kuat di mana orang ingin bersuara dan berpendapat namun abai akan batasan yang patut dan tidak. Hal yang wajar saja.

Pemimpin yang panjang sabar dan bukan baperan, di mana bisa saja sudah dilakukan hanya karena tidak memperhatikan, masih saja dikatakan sebagai kegagalan dan tidak peduli. Hal yang lagi-lagi lumrah dna wajar karena namanya juga keterbukaan dan partisipatif itu. Ide dinyatakan tanpa melihat keseluruhannya terlebih dahulu.

Memilih untuk melibatkan sehingga konsekuensinya adalah banyaknya ide dan gagasan. Nah di sini sering tidak mudah pada akhirnya. Menentukan skala prioritas. Mana yang mau didahulukan, mana yang bisa ditunda. Semua orang meminta prioritas. Sangat mungkin terjadi kekecewaan.

Namun sangat besar keuntungan dalam jangka panjang.

Keterbukaan dan tak berjarak orang berani menyatakan apapun tanpa takut hilang atau dihilangkan. Mengenal dengan baik siapa pemimpinnya. Mana yang mau bekerja atau hanya ingin berkuasa. Ini justru kekuatan yang penting dan sangat besar manfaatnya.  Permulaan yang dimulai oleh Jokowi dengan blusukan.

Pun Jokowi mengawali dengan model pendekatan yang sama ketika perpolitikan makin memanas. Pilihan untuk datang, hadir, dan mau sowan, menjadi pembeda. Bagaimana riuh rendahnya KMP dan KIH, toh bisa terselesaikan dan bangsa dan negara tidak menjadi korban lebih lama  lagi. Coba jika menggunakan menang-menangan, tidak akan bisa selesai masalah itu.

Upaya dan model kepemimpinan dan politik yang cukup berbeda ini diawali orang yang bukan siapa-siapa, apa iya, mau dikembalikan ke gaya lama, gaya militeristik, gaya feodal yang berjarak, antara priyayi dan kawula, sendika dhawuh saja atas apapun yang dinyatakan pemimpin.

Harapan yang mulai bersemi, yang wajar ya lanjut, bukan malah terpenggal. Pendekatan model berbeda dan memberikan gambaran jelas dan lebih terang akan masa depan lebih baik. Memilih pemimpin yang memberikan akses untuk kepemimpinan terbuka dan partisipatif.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun