Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Alasan Machfud Arifin Menyukai Jokowi

21 September 2018   09:00 Diperbarui: 21 September 2018   09:22 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pensiunan bintang dua polisi ini akan menjadi punggawa TKD Jawa Timur. Alasan yang dinyatakan sungguh mengagetkan, "Saya langsung iya sanggup saat diminta mendukung Pak Jokowi. Tidak perlu lama untuk memutuskan. Sebelumnya dari kubu Pak Prabowo juga menghubungi, namun saya memilih mendukung Pak Jokowi karena suka akan pembangunan infrastruktur yang bermanfaat itu." Selengkapnya sebagai berikut.

Pernyataan yang mewakili juga sebagian besar pemilih dan masyarakat yang memang merasakan dampak baik atas pembangunan yang ada. Fakta yang harus diakui bahkan oleh oposisi sekalipun, ini kenyataan yang ada, bukan ilusi atau akan dan rencana semata. Menyitir kata ketua TKD, bahwa tol di Jatim dan trans Sumatra pun berjalan dengan sangat baik dan sangat progresif.  Sikap ketua tim TKD ini diperkuat oleh  30-an kepala daerah di Jatim yang mendukung Jokowi-KHMA.  Bisa dimengerti karena pembangunan daerah dan pusat perlu sinergitas yang berkelanjutan.

Berbicara Jawa Timur sebenarnya tidak demikian mengejutkan karena dalam pilpres lalu yang masih identik dengan saat ini, karena Jokowi dan JK kala itu unggul jauh dengan 24 daerah dan 14 daerah yang diperoleh oleh pasangan Prabowo-Hatta. Toh kini malah 30 lebih daerah yang sudah menyatakan mendukung Jokowi-KHMA. Perubahan peta dukungan sudah lebih kuat.

Kejutan besar justru dari Sumatera Barat, di mana pada pilpres lalu, Prabowo-Hatta menang dengan ssangat telak, 76% lebih berbanding 23%-an yang memilih Jkw-JK. Kini sudah ada sepuluh kepala darah yang menyatakan dukungan untuk Jkw-KHMA demi pembangunan infrastruktur dan perhatian yang akan terus diberikan oleh pemerintahan yang sudah mereka rasakan. Lebih dari separo dari kepala daerah yang merasakan dampak baik pembangunan yang dilakukan pemerintah itu layak dilanjutkan. Selengkapnya.

Dua fakta itu hanya sebagian  pernyataan kepuasaan atas pemerintahan yang sudah berlangsung dan akan berlangsung lagi. Papua pun jauh-jauh hari sudah menyatakan dukungan yang memiliki pula implikasi gubernurnya berselisih dengan partainya, dan mereka siap dengan itu. Mengapa? Karena jelas hasil yang mereka rasakan, bukan hanya indah dalam retorika dan wacana semata.

Bali mengatakan akan siap memangkan 80% suara untuk Jokowi-KHMA. Hal yang lumrah dan sangat masuk akal karena mereka memang kandang banteng di mana PDI-P sebagai partai utama pengusung pasangan ini. Hal yang sangat wajar dan  bukan sebuah hal yang patut dilihat lebih jauh.

Tetangga dekatnya justru jauh lebih mengejutkan dengan perolehan periode lalu yang hanya kirasa 27% kali ini dipimpin TGB hendak mengubah keadaan. Merasa bahwa pembangunan yang telah dilakukan itu perlu dilanjutkan, juga adanya sosok KH. Ma'ruf Amin yang dianggap oleh TGB sebagai guru yang harus berbakti karena dirinya adalah murid. Risiko besar yang ia pilih karena harus berselisih dengan partai yang selama ini menaunginya, Demokrat.

Apa yang diapresiasi pemerintah daerah dan pribadi yang mau menjadi TKD jelas itu fakta dan keberhasilan yang memang telah dicapai. Sekali lagi ini  prestasi bukan semata karena klaim atau keinginan yang belum terwujud. Suka atau tidak ini memang salah satu keunggulan incumbent, dibandingkan dengan penantangnya.

Dua periode diperlukan untuk keberlangsungan program yang sudah dicanangkan. Sangat repot mengharapkan adanya pemerintahan baru yang mau meneruskan program yang sangat tidak menarik. Susah  percaya pengganti mau disalahkan soal pembangunan yang lar biasa itu. Lebih menarik tidak berbuat apa-apa sebagaimana pemerintahan yang dulu-dulu. Yang penting banyak yang suka, meskipun ketinggalan zaman dan keadaan.  Lebih realistis dari pada mengajak rakyat mandiri. Memanjakan dengan subsidi BBM, memberikan kemudahan ini dan itu namun tidak menyeluruh.

Ketika kini pembangunan itu diarahkan untuk merata, dengan jalan tol pun ada di Sumatera, Kalimantan, bahkan Papua, banyak yang meradang karena biasanya mereka bisa berpesta dengan aneka proyek dan kini makin terpojok karena memang era berganti. Rakyat yang mendapatkan banyak insentif, bukan lagi elit dan pejabat. Paradigma diubah, pelayanan oleh pemerintah mulai berjalan.

Pendekatan personal  ala Jokowi yang tidak kenal lelah dengan bersafari keliling Indonesia, mendengarkan suara rakyatnya yang tidak hanya duduk di belakang meja dari Jakarta. Kesulitan itu dirasakan juga, sehingga tahu apa yang perlu diberikan dan dilakukan itu tepat guna. Kerja keras itu dijawab oleh kesediaan dan deklarasi dari Sumatera Barat, Papua, dan juga daerah lain. Tentu akan berbeda jika hanya pencitraan semata.

Masih banyak hal yang belum bisa terlaksana, namun tentu bahwa banyak faktor yang terlibat di sana, kondisi politik yang terus memanas, hanya karena gagal move on, demokrasi tidak siap kalah itu menghabiskan energi yang demikian kuat dan besar. Bagaimana tenaga dan waktu untuk pembangunan malah menguap hanya untuk menjawab atas nama kritik namun tidak berdasar itu.

Bangsa ini bangsa yang besar, jangan sampai hanya karena emosional sesaat, melihat fakta yang sebagian disembunyikan oleh kepentingan politikus busuk, kemudian salah memilih pemimpin. Pemimpin yang sudah memberikan bukti, bukan hanya baru ingin, sedangkan memilih orang saja bingung, apalagi membangun bangsa dan negara.

Saatnya melaju kencang dengan keadaan yang lebih stabil dan kondusif. Suka atau tidak energi yang seharusnya digunakan untuk pembangunan empat haun lalu hanya berkutat untuk mengatasi "kerusuhan" barisan sakit hati yang lagi-lagi akan mencoba peruntungannya. Apa iya bisa menjamin model  susah menerima kekalahan bisa memimpin bangsa yang besar dan kaya ini.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun