Posisi terjepit Demokrat juga jauh lebih menyesakan dengan keberadaan suara yang cukup signifikan namun hanya menjadi penggembira. Suara dengan 60 kursi setara dengan 10% lebih tanpa bisa mengusung apapun itu "bencana" besar. Golkar penah merasakan itu dan tentu Pak Beye tidak mau tinggal diam begitu saja.
Keberadaan AHY yang jauh lebih unggul dalam banyak survei namun kalah oleh Sandy yang tiba-tiba merangsek ke urutan teratas, tetap menyakitkan Demokrat dan jajaran. Soal mahar yang tidak dituntaskan dengan transparant termasuk pertimbangan Demokrat dengan model keputusan ini. Akomodatif politis yang  jelas sangat menyakitkan, karena tidak ada kesesuaian dengan rancangan SBY dan Demokrat.
Kisah Roy Suryo yang kembali menguat, padahal sejak Mei, mengapa malah kini membesar bak bola salju demikian. kembali luka lama kisah Andi Malarangeng, Anas, Angelina, dan banyak lagi menguar kembali. Kisah kasih korupsi yang menghantam Demokrat dan kini malah ngemplang, jauh lebih memalukan dan gaya baru dalam tindakan sebagai pejabat negara.Â
Mungkin angka rupiahnya tidak sefantastis cerita kader Demokrat lainnya, namun tersandera kasus yang cukup selepe seperti ini, malah berlarut-larut, jelas sangat merugikan.
Demokrat jelas kekurangan kader jika harus bertarung dalam pilpres dan pileg, sedang mereka masih berpikir kepentingan AHY. Pilihan realistis memainkan isu kader yang mendapatkan dispensasi karena keberadaan pemilih setempat. Pilihan yang paling mungkin.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H