Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sapu Bersih Koalisi ala Gerindra

9 September 2018   15:00 Diperbarui: 9 September 2018   15:05 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Demokrat juga tidak akan menggelar dengan begitu mulus karpet   merah bagi Sandi. Karpet merah untuk AHY bisa "diserobot" Sandi jika tidak hatu-hati. Ini pertimbangan SBY dengan perilaku politiknya yang sangat-sangat tidak berusaha ini. posisi AHY jangan sampai tersisih terlalu jauh, apalagi kalau Sandi menang, jelas makin jauh lagi untuk bisa masuk pada gelanggang elit.

Hal yang enak itu, tentu bisa diikuti oleh PAN dan PKS yang tidak mau kehilangan pemilih potensial dalam pileg mereka. Nama dari Prabowo-Sandi jelas bukan representasi mereka. Pun ketika tim ses pun bukan dari partai politik mereka. Mereka tentu tidak mau hanya melihat dan menonton saja. Aksi bisa dilakukan atas nama bagi kerja, dan pilpres yang akan dinomorduakan.

Demokrat yang berjalan sendiri seperti ini jelas memberikan tanda bahaya besar bagi pendukung dna pengusung Prabowo. Bisa menjadi preseden bahwa hal itu "sah-sah" saja, toh Demokrat juga didiamkan, mengapa harus ikut kerja keras untuk pepesan kosong. Kerja atau tidak toh sama saja. Pengalaman 2014 P3 merasakan hal ini demi akomodasi Demokrat P3 tidak mendapatkan apa-apa.

Menteri dan kabinet jelas sama sekali belum jelas untuk menjadi bagi-bagi kue. Yang di depan mata saja sudah diserobot semua kog, apalagi yang lebih prestisius, menjanjikan, dan kursi kekuasaan, hal yang sama akan terulang.

Kebersamaa dibangun bukan karena kesamaan visi dan misi bagi bangsa, namun sekadar asal bukan... memang sangat rentan untuk terburai dan tercerai berai. Penyebutan satu nama selalu menjadi masalah, karena memang adanya tarik ulur, mau menang-kalah, bukan menang-menang demi bangsa dan negara.

Susah melihat mereka mau mengalah untuk menang. Jiwa demikian tidak ada. Apa iya yang demikian, patut menjadi pemimpin bangsa dan negara ini?

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun