Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Kebo Ijo

29 Agustus 2018   09:00 Diperbarui: 29 Agustus 2018   10:02 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu kisah kerajaan awali Nusantara adalah Ken Arok dengan segala yang melingkupinya. Ada intrik, kecerdasan, kecerdikan, dan juga tidak lupa kelicikan.  

Dalam salah satu karyanya, Pramoedya Ananta Toer mengangkat Arok-Dedes. Begitu banyak nama, kejadian, dan pelaku yang ada di sana, satu yang cukup menarik dan sentral, namun karena menjadi "korban" sering tidak menjadi perhatian. Mencari rujukan pun cukup sulit, akan berbeda jika mencari data mengenai Ken Arok atau Ken Dedes.

Kebo Ijo ini sebenarnya seorang senapati, yang cukup kuat, cerdas, dan pintar. Tidak heran banyak kisah yang menyebutkan ia sudah memiliki rencana untuk mengadakan kudeta pada Tunggul Ametung. Ternyata ada pula pihak lain yang memiliki rencana yang sama, dan kebetulan lebih cerdik, lebih pintar, dan ternyata sangat tepat di dalam bersikap untuk bisa mendaatkan kursi, lihat, kursi sebagai tujuan.

Senapati, memiliki jalur dan kedekatan dengan elit politik kerajaan, termasuk ke akuwu Tumapel, Tunggul Ametung. Pribadi ini ternyata dikenal sebagai pribadi yang ambisius, sangat cocok kalau ia berencana mengadakan kudeta. 

Sayangnya ia juga model orang yang suka pamer dan jumawa. Mungkin kalau Kebo Ijo hidup di masa kini, narsis dan pecinta medsos dan ke-viral-an yang menjadi andalannya. Setiap waktu up date, status dan "pamer" mengenai capaian dan kegiatannya.

Apa yang menjadi kebiasaan dan kebanggan Kebo Ijo ini tampaknya diamati oleh Ken Arok yang mulai menapaki jalur kekuasaan di tempat yang sama. Posisi unggul Kebo Ijo namun mungkin kalah cerdik, tim sukses yang tidak kritis, dan ambisinya yang berlebihan membuat Arok bisa menafaatkan dengan jeli.

Arok memesan keris kepada Mpu Gandring, dan senjata andalan itu digunakan untuk membunuh penciptanya, pembuatnya, Mpu Gandring yang kemudian mengutuk Arok dan keturunannya. Dengan trik jitu, keris itu dipinjamkan ke Kebo Ijo. Tahu bahwa ia tukang pamer, benar yang terjadi, Kebo Ijo pamer ke mana-mana kalau ia memiliki pusaka, senjata, dan andalan yang bisa membantunya menjadi senopati yang jempolan. 

Dalam hati juga merasa makin percaya diri untuk bisa mengambil alih posisi akuwu. Trik yang dimainkan Arok sukses, karena semua orang di lingkungan kraton dan para pejabat tahu kalau senjata itu milik Kebo Ijo, sama sekali tidak ada yang tahu pemilik sesungguhnya keris itu.

Malam naas bagi Tunggul Ametung sekaligus Kebo Ijo. Keadaan geger karena ada yang  membuat keris tersebut tertancap dalam dada sang akuwu. Tunggul Ametung mangkat dengan sebliah keris menancap di badannya. Siapa terduga dan tersangkanya? Jelas Kebo Ijo. Siapa yang sering membawa keris tersebut ke mana-mana? Itulah kesaksian yang sangat susah dibantah.

Apa ada yang bisa membuktikan kalau Arok atau siapun yang menyelinap ke kamar Kebo Ijo dan kemudian membunuh Tunggul Ametung. Jelas si tertuduh mati bersama dengan Tunggel Ametung, dan tahta kosong. Masuklah Arok ke pusat kekuasaan tertinggi dan bersama permaisuri dari Tunggul Ametung menjadi penguasa Tumapel.

Siapa pelaku pembunuhan dan kudeta berdarah itu? Tetap akan menjadi misteri dan menjadi teka-teki siapa yang sejatinya melakukan pembunuhan. Menilik banyak literatur dan novel Eyang Pram jelas Arok dan Dedes yang ngadali Kebo Ijo dan Tunggul Ametung, anak antah barantah Arok bisa menjadi penguasa Tumapel. Atau bisa saja ada teori lain sesuai dengan imajinasi masing-masing, yang jelas bahwa ada banyak pihak yang menghendaki tahta tersebut.

Kebo Ijo merupakan korban jelas sekaligus mungkin pelaku di tempat dan waktu yang salah, sehingga ia menjadi tersangka yang tidak bisa mengelak untuk membela diri apalagi menghindar dari kematian.  Kematian tragis, mana bisa menjadi akuwu, malah mati sia-sia sebagai tersangka pelaku makar yang hukumanya jelas tujuh turunan sebagai penghianat.

Belajar dari kisah Kebo Ijo, beberapa hal menarik yang bisa menjadi pembelajaran bersama;

Politik itu, perlu yang namanya kecerdikan dan kelugasan dalam menentukan. Kecenderungan banyak ambisi, banyak omong, kesenangan mengatakan ini dan itu, bisa menjadi bencana. 

Salah satu kepercayaan dalam politik yang mengatakan tidak ada teman abadi, sangat perlu menjadi pertimbangan. Ketulusan bukan dunia orang politik. Mengambil kesempatan dalam kesempitan, bahkan merugikan pihak lain, bisa jadi hal yang lumrah. Jika tidak mampu berbuat demikian, lebih baik menyingkir.

Semakin banyak bicara, semakin banyak aksi, akan membuka peluang rival untuk menjadikan itu sebagai kesempatan untuk bisa menenggelamkan. Ingat soal kredo terbesar dalam politik tidak ada kawan abadi itu. Siapa sigap ia dapat menjadi banyak cara kerja politikus. Bisa saja tidak melakukan apa-apa namun malah menjadi pelaku yang menjadi musuh masyarakat. Sangat tidak mudah, apalagi jika sedang terkena masalah, jangan harap akan mendapatkan dukungan. Lebih banyak orang akan bertepuk tangan mencemooh daripada membela.

Hati-hati, waspada, dan cerdik dalam bertindak, tidak perlu juga paranoid, namun jangan mudah percaya jika ada kawan yang banyak memuji, kawan yang berciri seperti ular dengan lidah yang bercabang. Apakah mudah mengenali pribadi demikian? Tidak susah juga, jika mau  jeli, hening, dan melihat rekam jejaknya.

Keberadaan Arok, Kebo Ijo, Tunggul Ametung, sejatinya akan selalu ada dalam dunia politik hingga kapanpun, tentu dengan kadar, kisah, dan model yang beragam. Namun nada dasarnya tetap saja sama. Mengambil keuntungan, menggunting dalam lipatan, dan menyalip dalam tikungan. Mau jadi seperti apa tergantung dengan pribadi masing-masing tentunya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun