Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gaya Hidup Itu Bisa "Membunuhmu"

11 Agustus 2018   09:20 Diperbarui: 11 Agustus 2018   15:01 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadget, media sosial, itu bisa tidak semata gaya hidup, namun bisa juga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini manfaat kemajuan teknologi dan zaman. Bukan malah dilindas atau malah melindas diri sendiri atas nama dan kambing hitam teknologi. Orang yang di atas teknologi, bukan sebaliknya. Perbudakan telah dihapuskan, eh malah memilih diperbudak teknologi, salah sendiri.

Sekolah mengendarai motor kadang memang sudah kebutuhan karena sekolah negeri biasanya ada di pelosok yang susah angkutan umum. Sisi lain memang ini, namun berapa lama kendaraan itu hanya "nganggur" di parkiran sekolah, kalau si sopir itu tidak semata mengeluh sepi, kan bisa beralih menjadi pengemudi ojek online, yang jauh lebih menjanjikan, memang lebih mudah menuding. Kan gagah anaknya ke sekolah menggunakan kendaraan bermotor.

Teknologi itu tidak salah, kemajuan zaman juga tidak bisa dibendung, bagaimana sikap menghadapinya itu jauh lebih penting. Ada pilihan yang bisa dijadikan keputusan. 

Pertama melawan, sehingga akan dilindas karena pasti kalah. Menang hanya sesat dan nantinya toh kalah. Ini hukum alam, kalau pun bisa tidak akan tahan lama, terasing iya.

Kedua, menerima dengan kekalahan, salah satu ciri adalah mengeluhkan keadaan dan menghujat tidak karuan, tapi pada sisi lain ia menggunakannya tanpa sadar. 

Perilaku munafik yang sekaligus kasihan sebenarnya. Ciri lainnya adalah mencaci maki sebagai sebab kegagalan atau kesuraman hidupnya. Ketidakadilan menjadi narasi yang diulang-ulang atas ketidakmampuan menyesuaikan zaman dan keadaan.

Ketiga, menerima dengan kritis, batas-batas kemampuan untuk bisa mengikuti arus tanpa terbawa arus. Ini adalah kualitas. Sepanjang tidak mampu, ya biarkan mengalir, dan jika memang mampu dan membantu hidup lebih baik mengapa tidak. Hal bijaksana ini hal yang perlu menjadi perhatian bersama sehingga masyarakat bukan menjadi korban dan semata pemakai tanpa maksa.

Gaya hidup itu sah-sah saja sepanjang mampu dipenuhi dan bukan menjadi kewajiban dan menjadi beban. Apalagi dipenuhi dengan berhutang, korupsi, dan sejenisnya. Sepanjang memang mampu ya silakan saja. Namun bijak demikian itu tidak mudah.

Pendidikan sangat berperan penting. Mau jadi penonton, agen perubahan, atau mau menjadi korban. Bagaimana pendidikan dan tentunya literasi akan membantu orang untuk bisa menjadikan peluang sebagai sarana kebaikan bukan mengeluhkan keadaan yang makin memburuk.

Peran agama dan pengajaran iman sangat penting, bukan semata hafalan dan tahu secara kognisi namun mampu membedakan mana yang penting dan mendesak, penting tidak mendesak, dan tidak penting dan tidak mendesak, itu kolaborasi agama dan pendidikan. Di sanalah peran kenabian era modern ini. Termasuk mampu membedakan mana teladan kebajikan atau sebaliknya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun