Mendesak adalah pendidikan karakter, dan KPK memberikan definisi yang pasti, sehingga elit tidak bisa seenaknya memberikan pernyataan. Jika definisi ini sudah jelas, jerat yang menyatakan hal-hal yang bisa diindikasikan mendukung maling berdasi ini.
Pendidikan antikorupsi itu secara serius bukan hanya hafalan semata, bagaimanan level mahasiswa bukan studi kasus, namun menghafal dan menghafal saja. Kapan bisa beranjak jika demikian. Hal yang  serius ditangani dengan main-main.
Nampaknya mendesak juga seperti menindak terorisme, siapa yang menyatakan dukungan, bisa diproses pidana, sehingga elit bisa tertib sehingga tidak akan ada pembelaan, baik langsung ataupun tidak langsung. Lihat saja bagaimana penanganan heboh OTT ini, toh zaman SBY juga menemukan fenomena yang ada. Karena hukumnya lemah, ya terulang lagi. Ini soal sikap mental, bukan jumlah uang,
Penerapan pembuktian terbalik, ini sampai berbusa, mati bangkit, mati bangkit lagi, tidak akan pernah DPR mau. Mereka tidak akan mau menyiapkan tiang dan tali gantungan untuk mereka. Entah sampai ribuan kali menuliskan hal ini tidak ada gunanya nampaknya. Namun tetap berharap suatu waktu bisa.
Pemiskinan. Jelas sangat mendesak, tuh lihat gaya hidup mewah, menjadi virus menular dengan menyuap orang yang awalnya bisa saja baik. Belum lagi mereka menebarkan uang ke  mana-mana. Ini serius, bukan hanya maaf dan mundur saja. Ada gerakan radikal.
Opsi penjara di tempat terpencil pun masih bisa diterima nalar, asal tidak banyak akal lagi, sakit, banding, belum inkrah, dan model-model uang lainnya. Nyatakan membebaskan signal dari penjara saja masih tidak mau.
Ini soal kemauan, dan itu yang jauh lebih parah karena mental bobrok yang makin menjadi. Suara rakyat bisa keras, beda dengan pejabat.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H