Membaca peluang Prabowo-Anies untuk pilpres 2019 dan korelasinya untuk pemerintahan DKI mendatang tentunya. Sangat mungkin bisa terjadi, untuk menjembatani tarik ulur PKS, PAN, dan Gerindra untuk soal posisi bakal calon wapres. Sangat terasa bahwa Gerindra dengan Prabowo sangat berat untuk memilih satu di antara sembilan nama dari PKS, pun bagaimana dengan PAN, apalagi pengalaman lalu dengan PAN pun kalah.
Gamangnya koalisi ini salah satunya jelas bahwa nama-nama yang ada disodorkan rekan koalisinya minim. Susah mengharapkan dari kandidat PKS. Tidak jauh berbeda dari PAN, atau misalnya berharap dari PKB pun sangat tidak menjual. Riskan pokoknya dengan nama yang ada. Mungkin tenar, mungkin saja banyak orang kenal, sayangnya bukan untuk memilih, apalagi beberapa malah tenarnya dengan cara yang tidak produktif di dalam membangun citra diri sebagai calon pemimpin bangsa.
Ada nama AHY yang ternyata masih juga alot dan cenderung mlempem malahan. Kondisi yang sangat tidak menguntungkan apalagi melihat waktu yang semakin mendekat untuk tahapan pilpres mendatang. Â Belum ada hal yang mengindikasikan mengerucut pada nama tertentu.
Anies cukup populer dengan berbagai pertimbangan. PKS pun bisa merestui dengan "keuntungan" posisi wagub DKI ada di tangan mereka. Jadi atau tidak, toh Anies melepas jabatan gubernur, dan Sandi sebagai wakil naik posisi menjadi gubernur. Posisi lowong yang ditinggalkan Sandi akan menjadi milik PKS tanpa perlu berjuang dalam pilkada. Sangat strategis, Jakarta  lagi.
Tidak berbicara prestasi atau capaian Anies di Jakarta, nampaknya nama ini sangat bisa diterima oleh PAN ataupun PKS. Agak susah memang posisi PAN tanpa mendapatkan apa-apa. Susah berbicara politik tanpa imbalan, dagang sapi cenderung menjadi gaya berpolitik bangsa ini, partai apa mendapat atau menjadi apa, dan apa akan menduduki apa. Hal ini  tentu akan menjadi "malasnya" mesin partai, atau enggannya kerja keras dari PAN dan jajarannya.
Semestinya hal ini akan bisa terjembatani jika PKS mengatakan PAN gantian dari posisi 2014, di mana PKS juga tidak mendapatkan jatah kursi toh kerja dengan relatif baik. Â Perlu kedewasaan politik dalam hal ini, namun apakah model Amien Rais bisa bersikap demikian? ini kerepotan yang lain. beda kasus dengan DKI yang bukan semata kursi namun juga soal gengsi dan ada unsur agama di sana.
Kedua nama Prabowo-Anies belum berpengalaman cukup dalam birokrasi dan pemerintahan. Anies dengan sekitar dua tahun di kementrian dan juga waktu yang sama menjadi gubernur belum cukup meyakinkan untuk bisa mengelola negara dengan begitu kompleksnya masalah dan  persoalan yang mulai tertata ini. waktu lima tahun jangan-jangan habis untuk konsolidasi dan meraba-raba mau apa dengan pemerintahnnya.
Melihat rekam jejaknya selama ini gagap memerintah akan lebih mengemuka untuk terjadi daripada pemerintahan yang menjanjikan untuk lima tahun ke depan. Mengapa demikian? Karena banyaknya kepentingan yang  terjadi.  Belum lagi soal kepemimpinan pun tidak jauh dari itu. Mereka tipikal priyayi dan menjalankan sistem yang baik, bukan person yang memperbaiki keadaan.
Keduanya jago wacana, ide, gagasan, orasi, namun soal eksekusi, maaf saja belum ada rekam jejak yang cukup menjanjikan. Â Mempermainkan emosi pendengar, membangun persepsi dengan kemampuan mereka memang cukup menjanjikan, namun pemerintahan bukan semata orasi. Bangsa ini sudah terlalu lama dikelola pemerintahan yang banyak membangun opini tanpa eksekusi.
Jika benar kedua nama itu yang maju, nampaknya juga akan menjadi masalah jika bisa memenangkan kontestasi pada posisi legeslatif. Memang tidak akan maaf sebodoh KMP dan demokrasi sabotase, namun bahwa posisi sangat lemah yang bisa saja menjadi persoalan yang berkepanjangan. Model oposisinya tidak akan seburuk kemarin jika berbalik arah memang, namun toh persoalan juga.
PKS sangat untung dengan posisi wagub DKI, tanpa nama di presiden dan wakil, akan menuntut banyak pada kabinet, karena Anies sejauh ini masih nonpartisan. PAN yang sangat riskan jika tidak mau mengerti dengan kisah 2014. Adanya dua matahari kembar dan tidak tahu diri ala Amien membuat serba susah memegang ke mana PAN akan membawa suarannya. Memang bukan suara yang signifikan, namun langkah laku Amien dan pengikutnya bisa sangat merugikan.
Keberadaan Anies sebagai lingkaran inti pemenangan Jokowi periode lalu tidak cukup signifikan meskipun tetap membantu untuk kierja pemenangan dua nama ini. Â Jika tidak hati-hati malah bisa menjadi bumerang yang sangat merugikan Prabowo.
DKI dan PKS sangat memiliki kepentingan untuk melajunya Anies, namun apakah sangat membantu untuk bisa memberikan back up dan cover atas kelemahan Prabowo yang sangat jelas itu. Sisi ini belum ada nama yang cukup mumpuni. Belum lagi mesin partai juga tidak meyakinkan, belum lagi hasil pilkada serentak kemarin belum memberikan angin segar.
Pilkada DKI sangat berbeda dan banyak faktor yang tidak bisa menjadi pembenar atas "keberhasilan" Anies untuk bisa meraup suara jika maju pada gelaran pilpres. Bisa namun bukan yang terbaik yang bisa diusung Prabowo.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H