Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar Menang ala Iran

21 Juni 2018   06:49 Diperbarui: 21 Juni 2018   07:54 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bolarusia.kompas.com

Belajar menang ala Iran, sangat penting bagi timnas Indonesia, yang selalu menyanangkan target tinggi, namun peminaan, upaya, dan sejenisnya setengah-setengah. Dulu, Sea Games target emas, nanti Asian Games target empat besar, target tidak masalah, asal ada upaya yang signifikan untuk itu.  Masalah klasik dan mendasar, soal peraturan saja masih belepotan.

Dini hari tadi, Iran memberikan contoh luar biasa, budaya bola mereka itu Asia, namun menghadapi Spanyol bisa banyak berbuat, dan hanya kalah sebiji gol saja. Jika tanpa VAR, bukan tidak mungkin mereka bisaberimbang, bahkan bisa saja menang. Ini Spanyol lho, peringkat sepuluh besar dunia, dengan level pertandingan demikian, bisa berbuat lebih banyak. Tentu soal bertahan berbeda kasus pembahasan.

VAR dan kedewasaan bermain. Usai ketinggalan mereka mengubah permainan dengan lebihh terbuka. Dengan selisih gol berapapun sama juga kehilangan tiga poin. Dan upaya itu membuahkan hasil dengan adanya kemelut dan gol. Jika, tanpa VAR, pasti itu gol. Keuntungan bagi tim yang memperoleh hasil  positif. Bagi yang digagalkan tentu kecewa.  Permainan Iran tidak berubah menjadi loyo, emosional dan kasar, atau menebas kaki lawan, sama sekali tidak ada. Membayangkan jika hal itu melibatkan timnas Indonesia.

Pertandingan itu sampai peluit dibunyikan, 90 menit plus. Upaya itu terus dilakukan untuk memperoleh gol dan mempertahankan diri agar tidak kemasukan bola. Melihat permainan mereka hingga 90 menit cukup konsisten, tidak hanya 60 atau 70 menit. Ini level dunia.  Hal yang bisa dilakukan oleh pemain profesional, terlatih, dan juga tertib di dalam menjalani profesi sebagai pesepakbola.  Susah berharap anggota timnas sini bisa sekonsisten itu.

Konflik  kepentingan, politik bahkan politik luar negeri, tidak mengubah peta sepak bola Iran. Mereka bisa memilah dan memilih, bola ya bola, dan menampakan hasil bahwa mereka konsisten dengan itu. Melihat penampilan cukup apik mereka memperlihatkan pembinaan yag baik. Tidak hanya sekejab dan jadi mumpuni demikian. mengalahkan Maroko yang bisa juga berbau keberuntungan namun bahwa mereka selevel patut mendapatkan apresiasi.

Ketaatan atas aturan dan wasit. Sangat jelas terlihat sepanjang pertandingan. Protes sangat wajar, tim Eropa pun demikian, namun tidak mengubah permaian dan cara bermain tiap pemain. Keputusan yang  bisa dianggap merugikan bisa disikapi  dengan dewasa. Sikap yang layak dijadikan contoh bagi timnas Indonesia, sering membuat keputusan sendiri. Wasit dilabrak, dan mempengaruhi mental bertandingan, dan permainan individu yang menjadi panas.

Masih sedikit tersisa memang mengulur waktu, khas Asia Tengah, namun tidak demikian banyak berpengaruh. Mengejar hasil seri nampak sebelum kebobolan. Pemain membetulkan sepatu, bola digulir-gulirkan sebelum ditendang oleh penjaga gawang, ini khas Asia Tegah.  Namun tidak begitu dominan.  Masih nampak. Wajar menghadapi Spanyol yang solah misi tidak mungkin.

Prestasi itu proses panjang, bukan semata membeli pelatih dan pemain yang dinaturalisasi, ada pembinaan yang berjenjang. Kompetisi yang jelas dan baik. Di seluruh dunia sebenarnya potensi  komepetisi di Indonesia jauh lebih menjanjikan. Kompetitif, banyaknya bibit pemain dan klub, banyaknya sponsor, dan penonton yang selalu berjubel. Hanya karena tidak dikelola profesional saja jadinya dengan Timor Leste saja mulai kewalahan.

Kompetisi itu bukan hanya soal nama, namun juga kemauan untuk membina, berproses, dan berkompetisi secara adil, setara, dan kesempatan yang sama. Jangan sebelum kompetisi sudah nampak kepada siapa piala akan diberikan. Jadwal saja bisa dimainkan untuk keuntungan tim-tim tertentu.

Bergulirnya kompetisi yang jelas, tidak usah mengekor Eropa, namun dengan kejelasan mulai, istirahat, dan kapan ada agenda timnas, menunjukan keseriusan, lihat saja bagaimana tiba-tiba pertandingan batal dengan alasan yang tidak begitu jelas. Tim bisa meminta dispensasi dengan dalih yang lucu.

Jadwal bertumpuk dengan agenda di atas, AFF, AFC atau FIFA memperlihatkan amburadulnya koordinasi. Ini bukan zaman batu, semua bisa diakses dengan adanya internet, tidak perlu tip ex, tinggal copas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun