Pendidikan dalam keluarga yang nampaknya sangat  berpengaruh, perfeksionis ala SBY yang jelas terbaca dari cara berjalan dan tersenyum yang seolah terukur itu, suka atau tidak membuat anak-anaknya juga akan takut salah. Tidak heran Ibas begitu tidak bebas di dalam bahasa tubuhya. Susah orang politik namun takut salah. Padahal lobi dan diplomasi itu perlu keluwesan dan itu tidak bisa dijalani Ibas.
Sangat mudah dipahami kalau memilih politik dua kaki, demi kondisi kawan seribu kurang dan lawan satu brlebih itu. Padahal ini dunia di mana tidak mungkin akan menyenangkan semua pihak dengan pendekatan dan pilihannya. Falsafah yang boleh-boleh saja, namun tentu perlu juga realistis menyikapi dunia apalagi dunia politik Indonesia yang ugal-ugalan itu.
Langkah yang sama tampak dalam koalisi mendekati pilpres 2019. Dengan kondisi, kebiasaan, dan tujuan yang sangat personal, Demokrat akan memilih jalan yang sama. Berdalih penyeimbang, namun menyari aman dan kondisi yang menguntungkan keberadaannya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H