Risiko terberat hidup melajang itu ketika sakit. Sanggup tidak menghadapi keadaan tidak nyaman itu. Jika memang tidak mampu mandiri dan membutuhkan orang lain, jangan sampai memilih hidup sendiri. Jika nekat bisa berabe.
Memilih melajang bukan sebagai ajang balas dendam. Balas dendam pada lawan jenis dengan memacari banyak lawan jenis dan kemudian menyatakan pilihan melajang setelah mengeruk keuntungan dalam banyak hal. Tentu bukan dalam hal ini.
Balas dendam juga dalam arti untuk mengikuti gaya hidup bebas yang seenaknya sendiri, free sex misalnya. Tentu bukan pilihan sehat jika demikian. Ini justru berbahaya dan sangat buruk.
Jauh lebih realistis memilih melajang daripada selalu bertengkar dan malah pembunuhan seperti sering terjadi. Tentu pilihan yang tidak mudah dan ringan. Misalnya orang yang mengalami luka batin sangat parah, egois berlebihan, dan sebagainya. Bisa-bisa setiap saat hanya bertengkar dan berkelahi. Kasihan anak yang dilahirkan oleh produk orang tua yang sama-sama "sakit" demikian.
Pilihan melajang yang tentu dipikirkan masak-masak. Karena melibatkan banyak pihak dan hal. Kemampuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan tentu saja kehendak Tuhan. Berdoa menjadi penting agar tahu apa yang Tuhan kehendaki. Berbicara dengan keluarga juga penting. Kan berabe dikira tidak laku dan malah dicarikan jodoh, he...he...
Pilihan yang perlu cermat dan matang sehingga tidak malah menjadi bumerang. Pilihan yang mengandung juga banyak risiko.
Salam