Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Melajang Sebuah Pilihan

3 Juni 2018   06:00 Diperbarui: 3 Juni 2018   08:11 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Lifestyle Kompas

Hidup melajang sebuah pilihan, mengapa memilih kata lajang? Karena konotasi cenderung negatif tidak begitu dominan menurut KBBI. Jika bujang bisa diartikan seksual banget. Demikian juga dengan jomlo, yang cenderung tidak laku atau barang gagal produk. Kalau selibat, religius banget, ini hanya soal selera dan perasaan semata.

Kemarin, dalam jalan-jalan dengan tujuan mengunjungi rekan yang menjelang 20 tahun belum pernah bertemu, usai wisuda, kami berempat, dua bapak keluarga, dua lajang. Nah ketika sampai tempat tujuan sudah sangat terlambat, karena memang berangkatnya mundur hingga empat jam, padahal perjalanan ke rumahnya juga empat  hingga lima jam.

Ketika memutuskan untuk menginap atau pulang, kami yang lajang sih gampang, tinggal mengatakan kalau tidak pulang, yang menawarkan rekan yang menikah, tentu ia sudah mendiskusikan dengan pasangannya. Satu rekan yang perlu dimintai pendapat, dan akhirnya oke, tidak ada masalah untuk menginap. Tuan rumah juga suka cita karena saking lamanya, kaget akan kunjungan yang seolah mimpi itu. Ngobrol ngalor ngidul, hingga tengah malah lebih.

Lajang itu pilihan, ingat bukan bicara soal agama dan dogma tertentu, bukan tempat demikian di K, ada rnah khusus, ini bicara soal humanisme. Pilihan manusiawi. Memilih menikah atau tidak tentu dengan segala konsekuensi dan akibatnya. Jika memilih melajang atau hidup sendiri, tentu bukan dalam arti untuk enggan memelihara kambing namun menikmati sate kambing, bukan model ini.

Konsekuensi atas pilihan adalah, jangan membuat orang menjadi bercerai. Dalam candaan kemarin, kami yang masih melajang sempat becanda, jangan terpengaruh kami dan nanti menggugat cerai lagi, apalagi pada rekan yang menikah di Gereja Katolik, ini ribet lagi karena harus sampai Vatikan. Tentu bukan menjadi pengaruh buruk bagi rekan lain.

Tanggung jawab sosial "lebih ringan" atau masih ada lebih "toleransi" contohnya jika tidak datang melayat, datang dalam aktivitas bersama masih dimaklumi, kan belum menikah. Berbeda jika orang yang berkeluarga, tuntutan masyarakat tidak akan ada toleransi. Ada rekan yang enakan pilihan ini, he..he...ingat di atas, bukan mempengaruhi lho.

Pilihan bukan untuk melepaskan tanggung jawab dan enggan berkomitmen, namun memilih nilai yang diyakini kebenarannya yang lebih membahagiakan. Di dalam hidup, tentu kebahagiaan itu penting. Dengan melajang kebahagiaan juga bisa diraih, nah di sanalah pilihan itu, bukan untuk  enggan menanggung tanggung jawab dan risiko hidup berkeluarga.

Melajang sebagai pilihan juga memiliki tanggung jawab. Pilihan yang sama juga sebagaimana berkeluarga, di mana tidak bisa seenaknya untuk melepaskan diri dari tanggung jawab di dalam masyarakat dan bersama di dalam lingkungan, meskipun ada toleransi lebih besar.  Tidak merepotkan keluarga atau tetangga dengan alasan tidak memiliki pasangan hidup.

Konsekuensi logis pilihan ini adalah kebebasan, dalam arti positif, tidak perlu banyak pertimbangan dalam banyak hal, adalah sanggup mandiri dalam hal-hal yang seharusnya disangga berdua. 

Bagi lajang laki-laki, termasuk tidak bisa lepas dari ketrampilan minimal memasak, menyuci, menjahit, dan tetek bengek lain. Benar ada kemudahan di dalam kemajuan zaman, namun yang mendasar tetap harus bisa. Bagi perempuan, tentu mau tidak mau tidak takut dan khawatir untuk mengganti lampu misalnya. Tahu hal-hal praktis yang sekiranya mendesak untuk ditanggulangi.

Melajang bukan berarti menjadi pribadi yang berpenampilan seadanya, kumuh, dan tidak rapi. Nah kemampuan ketrampilan dasar itu untuk menunjang hal-hal ini. Laki-laki menyuci dan setrika itu mendasar, memang ada jasa cucian, namun bisa saja mendadak dan tidak sempat ke luar untuk memakai jasa cucian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun