Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekerasan Anak oleh Anak kepada Anak

28 Mei 2018   06:00 Diperbarui: 28 Mei 2018   08:46 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Sumsel - Tribunnews.com

Apa yang sebaiknya dilakukan?

Dunia pendidikan merekonstruksi pendidikan partisipatif dan membangun kebebasan. Anak diberi keleluasaan untuk bisa mengeksplorasi diri sesuai bakat dan minatnya. Dunia pendidikan selama ini menciptakan robot-robot ahli ilmu pasti yang ternyata banyak merugikan kejiwaan anak, yang tertekan, tidak mampu, dan sejenisnya.

Pengembangan ilmu humaniora. Tidak ada yang salah dengan ilmu pasti, namun pengembangan hati dan olah rasa, perhatian pada kemanusiaan perlu dikembangkan. Mirisnya seolah sekolah itu penghasil pujangga anak nangis saja fals, dipaksa menjaid penyanyi selevel idol, garis pakai penggaris saja menceng, eh dipaksa bisa jadi kaliber Afandi, kekacauan ini perlu dibenahi. Apresiasi seni sesuai kemampuan, bukan menghasilkan pujangga atau maestro, biarlah jika nantinya mampu akan menemukan jalannya.

Ciptakan sekolah kekhususan, misalnya untuk atlet, bukan sekolah umum yang harus menanggung itu. Bakat melukis, jadi seniman, buat apa belajar daftar unsur kimia sampai kepala botak. Bakat otak-atik mesin, biarkan mereka dengan dunia mesin, bukan malah dijejali dengan hal yang bisa menjadi penghalangnya. Hal-hal ini yang lepas dari pengamatan dan pendidikan.

Lembaga agama, lebih menekankan perilaku, bukan semata hapalan. Tidak salah tahap awal adalah hafalan dan ritual, namun perlu kesadaran untuk mengamalkan. Mungkin mereka hapal soal dosa membunuh atau menyakiti, namun karena kurangnya pemahaman, mereka bisa menjadi pelaku kekerasan. Ingat ini bukan berbicara agama ini dan itu, perilaku beragama, gak usah sensi apalagi melebar ke mana-mana. Kalau kesinggung buat sendiri daripada malu.

Peristiwa-peristiwa ini tentu menjadi tanggung jawab bersama, gak perlu menyalahkan pemerintah, bosan kalau itu-itu terus, perlu kesadaran bersama untuk berubah. Pengakuan dengan hati jernih bahwa ada masalah dan kemudian berubah, jauh lebih penting.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun