Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Radikalisme dan Pembiaran

19 Mei 2018   06:00 Diperbarui: 19 Mei 2018   08:41 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Warga dan anggota Ormas melakukan aksi solidaritas mengecam aksi teror, di depan Gedung Cakrawala, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2016). (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Oposisi munafik yang bisa saja mereka ini bukan radikalis, namun menggunakan momentum aksi radikalis atau perilaku pemerintah yang hendak menegakan hukum mereka hantam. 

Nah, ini sama sekali bukan radikalis, bisa juga sebaian radikalis, atau memang radikalis yang memilih untuk berperilaku seolah-olah warga negara yang baik. Ini jelas lebih berbahaya, main dua kaki dan menggunakan keberadaan radikalis untuk kepentingan mereka. Bisa kerugian pada pihak aparat atau radikalis, mereka yang beruntung.

Barisan lupa move on, mereka melihat apapun pemerintah salah. Nah dengan banyaknya kejadian teror, penangkapan penebar berita, ciutan, atau status yang cenderung seperti membela gerakan radikalis, padahal motivasi awalnya itu soal ketidaksukaan pada pemerintah.

Kelompok internasional. Mereka ini bisa radikalis internasional, dan momentum adanya benih yang mulai regenerasi ditumpangi demi kepentingan mereka sendiri. Bisa sama, bisa berbeda dengan apa yang ada di dalam negeri sendiri.

Kepentingan global, negara-negara yang tamak akan minyak dan sumber daya alam. Hal ini sering malah menjadi terlupakan karena kita asyik dengan pertikaian sendiri, dan bisa saja mereka ini yang menari dengan riang gembira karena bisa mendapatkan banyak keuntungan tanpa melakukan apapun.

Kemungkinan perang opini dan membentuk persepsi itu jelas akan terus terjadi. Sepanjang ada  pelanggaran atas norma Pancasila dan UUD '45 berarti masalah serius. Di sanalah yang perlu menjadi perhatian bersama.

Dukungan bukan dalam bentuk aksi, dana, atau pemikiran, namun sangat mungkin adalah ujaran yang sebenarnya bukan hendak mendukung radikalis, kepentingan politik yang ikut serta. Di sini masalah baru bertambah.    Penegakan hukum makin susah karena bisa diseret ke ranah politis, di mana orang mengaitkan dengan label, baik agama ataupun politik. Hukum terkalahkan.

Ketegasan menjaid mutlak dengan segala risikonya. Berjalan sesuai dengan hukum dan perundang-undangan, tidak perlu takut dan khawatir dengan apa yang menjadi pernyataan dan perkataan yang melanggar hukum. Hukumnya jelas.

Bedakan perilaku dan pribadinya. Penegakan hukum itu pada perilaku melanggar hukum, bukan soal profesi atau agamanya, jangan dibawa-bawa dan dicampuradukan.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun