Para bomber ini juga korban ketidakmengertian mereka, korban atas keterbatasan nalar mereka, dan kembali dimainkan oleh perilaku pengecut yang memerintahkan mereka untuk mati. Janji manis yang mengapa mereka sendiri tidak lakukan? Kasihan sejatinya mereka ini, apalagi jika memiliki anak dan keturunan jauh lebih kasihan lagi.
Penegakan hukum yang masih begitu-begitu saja, tidak memberikan efek jera. Empat, lima, enam tahun, berkumpul bersama lagi selama di penjara, keluar melakukan perilaku lebih jahat dan keji lagi. Jauh lebih aman karena sudah mempelajari trik-trik khusus yang bisa dilakukan dengan lebih aman.
Beberapa spekulan yang mendompleng momentum yang ada. Politikus busuk yang mengail di air keruh dengan memberikan dukungan moral, menuduh pihak ini dan itu yang membuat aksi, bisa menjadi masalah serius. Mereka jauh lebih pengecut, nyatanya mereka tidak berbuat apa-apa, namun bisa mendapatkan keuntungan. Tengok apa mereka mengulurkan tangan pada siapapun, polisi, keluarga pelaku, atau korban lainnya? Sama sekali tidak. Mereka hanya pengail bejad semata.
Pelaku, polisi, masyarakat, semua jadi korban. Pelaku pun mati, jika meninggalkan anak, bagaimana mereka akan menghidupi masa depan mereka. Pun yang jadi korban aksi, mereka bisa juga punya anak, dan masa depan mereka bagaimana?
Apa sih yang sudah kalian peroleh, misalnya meledakkan gereja, toh mati jemaat satu atau dua, kalian juga masti segitu, apa ini untung secara apapun? Apalagi dalam kaitannya dengan iman yang katanya diperjuangkan, ah yang bener saja.
Semua rugi, yang untung hanya segelintir orang yang haus darah saja. Mereka terbahak melihat perintah mereka ditaati, apa yang mereka lakukan? Nol besar, mereka tetap makan enak, tidur nyenyak, dan tidak tertangkap.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H