Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Para Pemuja Kursi bak Yusril dan Rizal Ramli

8 Mei 2018   12:26 Diperbarui: 8 Mei 2018   14:00 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Para pemuja kursi banyak lahir dalam gelaran pilkada, ataupun pilpres, dan juga pileg. Jadi ingat ketika Kompasianer Katedrarajawen berkomentar, bahwa salah satu pengamat politik mengapa tidak menyalonkan diri menjadi presiden, ia menjawab tahu diri. Kata kunci yang bagus, tahu diri.

Memang seorang yang masuk kategori pemuja kursi ini mengatakan kalau hak setiap warga negara menjadi presiden. Iya, sepakat, siapa yang melarang. Namun apakah pinter saja, atau tenar saja cukup? Hal yang ternyata karena tidak tahu diri ini menjadi repot.

Di daerah, banyak model pemuja kursi ini, kali ini menjadi calon kepala daerah ikut pemilihan dan kalah, juru  kunci lagi. Eh pindah tempat lain dengan posisi yang sama namun menjadi wakil dan menang.  Belum lagi jika legeslatif, bisa saja tahun ini partai apa tahun besok tahun apa dan hasilnya, sama saja biasanya.

Menjadi pertanyaan kemudian adalah, apakah beneran mampu berbuat banyak sebagaimana klaim, kata-kata dikala mengritik, atau memberikan wacana yang berbusa-busa itu? Kembali lagi, ini politik, bukan hal yang sepele, banyak aspek diperhitungkan, kadang dipertaruhkan.

Tenar saja tidak cukup, bagi jabatan politik. Kalau tenar, Raffi Ahmad, Ayu Ting-Ting, Tukul Arwana, Cak Lontong, atau era dulu Tarzan, tapi coba maju menjadi kandidat presiden misalnya, mungkin jauh lebih tenar. Namun apa iya pasti terpilih? Belum tentu. Jika orang merasa tenar dan kemudian mengandalkan hal ini, ya kembali perlu tahu diri, aspek lain belum tentu dimiliki.

Pinter saja juga maih kurang. Banyak ahli politik, ekonomi, sosial, pemerintahan, bahkan doktor pun belum tentu mampu menang dalam pemiihan, pun dalam mengelola pemerintahan. Nyatanya Yusril, Amien, yang selalu mendengung-dengungkan pinternya, sama juga tidak dipilih.

Momentum, hal yang sering dilupakan politikus, atau orang kecewa yang tidak pernah menang. Waktu dan kesempatan lewat sedikit bisa berubah keadaannya. Dan inilah seni di dalam berpolitik. Jangan kemudian menuding pihak yang menang atau berkesempatan duduk itu sebagai perampas kemenangan dan kemudian memusuhinya.

Faktor pemilih, ini hal yang susah diperkirakan, namun ketika pemilih sudah menaruh kepercayaan, sudah suka dengan sosok yang diyakini, dan ini bukan soal otak semata, pemilih tidak ragu akan memilih. Tidak soal pinter level doktor atau tenar seperti Baim Wong, akan dicoblos pada pemilu.

Menarik, apa yang para pelaku pemuja kursi ini juga akan mampu melakukan kerjanya jika mendapatkan kursi itu. Susah bisa menakar seperti apa kira-kira pada akhirnya ketika memperoleh kursi itu. Melihat di mana-mana ada peluang ikut dan merasa akan menang, malah curiga, lha motivasinya ini sebatas kursi atau mau mengabdi menjadi gubernur atau presiden misalnya.

Paling tidak ada dua nama di skala nasional yang paling sering menjadi pembicaraan media dan publik. Paling tidak jika pilkada DKI dan pilpres. Sayangnya sering mau jadi bakal calon saja sudah tidak bisa, apalagi bersaing dalam kontestasi pemilunya.

Yusril Ihza Mahendra. Jelas ahli hukum tata negara, tenar, pinter iya, politikus kawakan,  pengalaman menjadi menteri berkali-kali. Dewan pun demikian, akademisi, kurang apa coba.  Survey pun selalu menyajikan data ada namanya, meskipun ya begitu saja. Partai politik sebagai kendaraan ada. Toh tetap sama saja. Di DKI saja tidak bisa menjadi calon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun