Pelajari  dan terapkan  peraturan bermain standar internasional. Kemudian ubah model bermain kasar dan keras itu. Keras tidak berarti kasar apalagi bermuara pada kartu. Penyakit klasik yang nampaknya belum tersentuh  oleh Luis Mila. Gatuso, Seerdoff, Edgar Davids, Diego Simeone pemain keras tapi jarang mendapatkan kartu, karena mereka masih memperhatikan peraturan.  Termasuk perangkat pertandingan tentunya. Tidak perlu takut pemain atau celurit penonton tentunya.
Pembenahan pada sisi yang sederhana, mendasar, dan berdampak siginifikan jauh lebih menjanjikan. Â Jika ini dibenahi dan ditaati, prestasi pasti akan datang.
Sekolah sepak bola. Di sana dikelola soal kemampuan, peraturan bermain yang baik dan benar, dan emosi. Sehingga bakat alam  yang luar biasa banyak itu tidak asal main seperti di kampung-kampung. Jika bakat alam sudah besar, sulit diubah. Padahal di kampung kaki tidak akan patah, tapi main internasional ya kartu merah.
Pelatihan pelatih dan perangkat pertandingan rutin dan berjenjang. Salah satu permasalahan adalah pemain, penonton, dan perangkat pertandingan sering menggunakan pokok e di dalam mengartikan adanya pelanggaran. Nah di sini perlu adanya kedewasaan, bahwa ada wasit. Kericuhan biasanya masalah ini pemicunya.
Liga berjenjang dan rutin. Semua seolah bisa berjalan dengan sendirinya, iya memang bakat banyak, tapi jika tidak ada liga reguler, hasilnya, pemain asal main, bukan pemain profesional. Perlu pembinaan berjenjang, berkelanjutan, dan jelas rutin.
Pengurus yang pprofesional. Ini masalah juga, bagaimana mereka asyik dengan banyak hal. Ada yang politus, politkus berkasus, pengusaha, birokrat, dan banyak yang tidak paham bola saja peank atau bulat. Ini repot, soal paradigma pembinaan.
Jangan mimpi piala dunia jika masalah mendasar itu masih menjadi acuan yang seolah tidak tergantikan. Harapan mulai ada, jangan dirusak lagi.
Salam