Ke poros alternatif pun akan menemui kendala yang sama dengan para partai yang diajak. Paling mungkin tersisa tiga partai politik dan sangat mungkin dengan suara dan kursi, lagi-lagi dagang sapi, mana ada ikhlas.
PKB sejak lama telah menjanjakan Cak Imin, mosok tidak dapat apa-apa, ya jelas sangat tidak mungkin. Sudah kerja keras selama ini dengan baliho bukan prestasi lho. Hitung-hitungan tentu modal yang sudah keluar dan ada di atas kertas, uang. Beda jika prestasi tidak akan bisa ternilai dengan materi bukan?
Pun Demokrat dengan AHY-nya. Bukan Demokrat namanya jika tidak menghitung keuntungan dengan adanya tawaran, misalnya PAN merapat. Jelas sangat berat untuk menjadikan dari ketia nama menjadi kandidat presiden. Kapasitasnya sangat lemah untuk bisa bersaing dengan Jokowi dan Prabowo. AHY belum waktunya, Zul memang tidak ada kapasitas, Imin, pun demikian.
Gerindra perlu bersegera  menetapkan salah satu nama dari PKS, bukan dari PAN, jauh lebih menguntungkan. Mau PAN ikhlas atau terpaksa bukan menjadi pertimbangan. Mengapa? Rekam jejak PAN dan keberadaan PAN yang begitu banyak skandal dan ujaran yang merugikan, jauh lebih bijak dengan PKS. Akhir-akhir ini jauh lebih bijak PKS.
Rivalitas dalam politik itu biasa. Sportivitas perlu dikedepankan, sehingga tidak menjadi permusuhan berkepanjangan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H