Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kabupaten Semarang yang Kaya Kuliner, Alam, Edukasi, Spiritual, hingga Kawasan Industri

1 Mei 2018   19:20 Diperbarui: 1 Mei 2018   20:00 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Semarang yang kaya akan wisata berbagai jenis, mulai kuliner, alam, edukasi, spiritual, hingga kawasan industri, terletak berdampingan dengan Kota Semarang dan Kota Salatiga. Posisi strategis antara Solo atau Jogya. Wisata kuliner dengan tahu bakso, aneka camilan, produk Rawa Pening, srabi, dan begitu banyak lainnya. Kopi dengan berbagai kombinasi  wisata alamnya.

Wisata alam, dengan Rawa Peningnya, atau kawasan pegunungan ada dua, di sisi Barat Utara ada kawasan Bandungan menyatu dengan Kawasan Candi Gedong Songo di lereng Gunung Ungaran. Atau sisi Timur Selatan dengan Kopeng lereng Gunung Merbabu. Pecinta tanaman dan udara sejuk bisa menikmati dan berpuas ria di kedua kawasan ini. rawa Pening dengan Bukit Cinta, pemancingan, dan akan ada pengembangan wisata air skala besar dengan kekhasan masing-masing.

Selain wisata alam, tidak kalah menarik adalah wisata rohani, utamanya Katolik dengan berbagai Gua Maria dan taman doa. Ada Gua Maria Kerep yang sudah sangat masyur, termasuk tempat ziarah tertua di Indonesia ada di Ambarawa. Gua Maria Pereng ada di Kopeng yang masih termasuk baru.

Agak lama Gua Maria Rosa Mistika di Tuntang. Dan ada juga pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Di mana itu biarawati yang melakukan pertapaan dengan sangat ketat. Termasuk "makhluk" langka yang hidup diawali pukul dua pagi, dan tidur pukul 20, malam. Di lereng Merbabu.  Terbaru adalah Taman Doa Kendali Sodo, bisa juga untuk uji fisik karena ada pada lereng Bukit Kendali Sodo yang cukup terjal.

Ada pula  candi sebenarnya layak juga menjadi obyek wisata rohani atau spiritual, namun kecenderungannya adalah sekadar situs sejarah, dan spiritualnya sangat berkurang. Ada kawasan Candi Gedong  Songo di lereng Gunung Ungaran, satu paket dengan kawasan Bandungan.

Tidak kalah menarik adalah wisata edukasi dengan musiumnya. Ada  Musium Palagan Ambarawa, sejarah peperangan Isdiman dan Sudirman di dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Sangat menarik dan   layak dikunjungi Musium Kereta Api, yang melayani tour kereta api kluthuk, yang berbahan bakar kayu dan menyusuri pegunungan dengan rel bergerigi. Ada pula tour melewati tepi Rawa Pening.

Kabupaten Semarang termasuk kawasan industri yang demikian pesat berkembang. Ada industri tekstil yang konon terbesar Asia Tenggara yang mulai berproduksi masa akhir Orde Baru. Industri minuman skala nasional, industri kertas dan banyak lagi. Baik pinggir jalur nasional ataupun yang masuk ke tengah perkampungan di luar jalur negara. Efek dari industri, apalagi UMR di Kabupaten Semarang relatif lebih tinggi dari sekitar, banyak pendatang dari kabupaten lain, hingga Wonogiri segala untuk mendapatkan UMR yang lebih baik.

Bertapa kayanya potensi yang ada di sini, sayang ada beberapa hal, yang tampaknya gamang, atau memang tidak pernah terpikirkan akan menjadi persoalan.

Pertama, soal kemacetan. Di Ambarawa, apalagi jika ada acara rutin Minggu ke dua di Gua Maria Kerep, setiap bulan antara Mei hingga Oktober, jelas kemacetan luar biasa. Akhir pekan atau hari libur di kawasan Bandungan jelas kemacetan juga hingga Ambarawa dengan pasar yang sangat klasik itu.

Alasan kemacetan ini sebenarnya banyak pengaruh pada karakter penduduk sendiri, jalanan sempit, pedagang di pinggir jalan, dan sering orang tidak mau turun dari kendaraan namun tetap bissa membeli berbagai  keperluan.  Masalah kemauan.

Di beberapa tempat, sebenarnya memang sudah harus ada penertiban, sehingga jalanan sempit tidak menjadi alasan untuk macet, dengan ketegasan tidak boleh berhenti, ketegasan pada penjual agar tidak di tepi jalan, namun kembali pada mentalitas yang abai akan tertib hidup bersama.

Efektifitas peraturan yang ada, di mana jalur utama Ambarawa kembali sebagaimana dulu, sebelum reformasi, di mana angkutan umum lewat belakang kota, sehingga kawasan pasar sangat berkurang potensi macetnya, namun malah adanya "pembiaran" yang membuat masalah.

Kedua, kawasan industri dan karyawan, potensi adanya kos-kosan, dan ternyata juga mulai di masuki masalah-masalah sosial yang kembali nampaknya tidak diantisipasi dengan baik. Pergaulan bebas jelas sangat mungkin. Narkoba dari Jakarta, ditengarai baru akan mulai, memang pernah ada kejadian masih sebatas bersembunyi dari buruan di tempat lain. 

Ketiga, perubahan tau alih fungsi lahan dari sawah yang sangat subur menjadi pabrik. Berapa besar potensi produksi pangan tereduksi. Belum lagi kawasan pendukung seperti kos-kosan atau rumah makan yang mengubah petani menjadi juragan, sawah mereka ditutup beton untuk menjadi warung dan kos-kosan.

Masalah sosial yang beriringan dengan perkembangan ekonomi memang desa-desa sekitar menggeliat, desa menjadi lebih hidup, taraf hidup juga meningkat, dan pembangunan desa kelihatan bagus.

Kawasan wisata itu dituju untuk membawa suasana baru, mendinginkan "kepala dan hati" yang oanas dari rutinitas sehari-hari, jika malah stres karena macet, kawasan yang semrawut, bukannya tenang dan senang, malah pusing iya. Hal ini yang perlu mendapatkan perhatian serius.

Kawasan industri memang memberikan pendapatan yang baik dan signfikan, namun kerugiannya perlu juga mendapatkan perhatian agar tidak menjadi masalah sosial yang besar di kemudian hari.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun