Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Gerindra Menggugat Hasil Survei dan Membahas Soal Macan Tidur

25 April 2018   06:00 Diperbarui: 25 April 2018   09:41 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Gerindra Menggugat Hasil survey yang menyatakan Prabowo menurun elektabilitasnya, salah satu jajaran elit Gerindra tidak habis pikir kalau keterpilihan Prabowo menurun. Sebenarnya sangat wajar bila berhenti pada bertanya mengapanya.  Menarik adalah kelanjutan dari itu, di mana ia menyatakan, soal tidak membuat gaduh, dan membangunkan macan tidur.

Menjadi pertanyaan adalah, apakah untuk menang, untuk bisa dipilih, dan meyakinkan masyarakat itu harus gaduh. Gaduh itu macam apa? Sangat menarik pola pikirnya jika konotasi meningkat keterpilihan dengan kegaduhan. Apa iya sih, kalau gaduh  mesti dipilih? Apakah ini politik pasar malam dan tukang jamu, kalau ramai, potensi dipilih besar?

Membangunkan macan tidur, menarik karena penggunaan simbol "kekerasan" atau "ancaman" bahwa jangan pernah menggangu hewan buas yang sedang ngaso, beristirhjat, dan ingat hewan tidur itu biasanya, karena kekenyangan. Kalau lapar akan teriak-teriak. Ini ada nada ancaman.

Mengapa suka dengan ancaman dan membuat pihak lain, rakyat harus takut dengan gertakan itu? Ingat kepemimpinan itu soal keyakinan dan kepercayaan bukan soal ketakutan. Jika demikian, buat apa ada reformasi berdarah-darah jika mau ditekan dengan kepemimpinan penuh ancaman demikian.

Ini bukan soal Prabowo yang tidak buat gaduh, namun soal para lingkaran utama Prabowo yang sering membuat gaduh. Gaduh tidak produktif yang malah menjadi kejengkelan, suka atau tidak suka berimbas pada Prabowo. Bagaimana model Fadli Zon yang suka "mengritisi" semua pihak yang kira-kira bisa menjadi nilai tambah Jokowi, ada Susi Pudjiastuti, ada prestasi menteri Sri Mulyani. Itu membuat nama Prabowo menjadi buruk. Ingat bukan kegaduhan dari Prabowo.

Sampai saat ini, saya masih cukup salut dengan Prabowo yang berlaku dengan baik dan relatif jauh lebih baik daripada para lingkaran utamanya. Di sinilah yang perlu menjadi catatan agar tidak semakin turun simpati ke Prabowo. Lepas dari banyak kontroversinya, toh masih lumayan baiklah.

Kurangi mengeluarkan energi yang tidak semestinya, dengan menuduh-nuduh bak babi buta, seperti media yang melakukan ini dan itu, survey yang begini dan begitu.  Hal ini jauh lebih tidak produktif.

Hentikan model asal berbeda, biasakan menjadi partai politik yang cukup dewasa dengan berani menang dna berani kalah. Hal yang bisa dilakukan dan dialami Prabowo, namun anak buahnya sama sekali jauh dari sikap demikian.

Bangun kepercayaan pada pemilih bukan ketakutan dan kecemasan dengan berbagai jargon, intimidasi, dan perilaku yang memilih padan kata identik dengan kekerasan dan ancaman. Lihat macan tidur, gaduh, memangnya kalau damai tidak punya suara? Atau memang selama ini menghidupi kegaduhan untuk mendapatkan suara?

Menjadi tanda tanya cukup besar jika menghadapi survey saja harus bersikap demikian, apalagi toh survey bisa juga dilakukan pihak lain dengan suara yang berbeda. Tidak perlu reaktif dengan berlebihan dan memberikan "peringatan" yang seperti itu.

Masih ada waktu kog, sepanjang tahun ini, buat saja program yang jelas bisa mematahkan apa yang dilakukan presiden dan pemerintah selama ini. Itu saja,  jangan rusak demokrasi yang sudah berjalan relatif baik menjadi mundur seperti beberapa dekade lalu. Sayang bukan? Apalagi toh, sama-sama produk reformasi.

Begitu menggilanya korupsi, mengapa tidak memberikan gambaran untuk membangun sistem pembersihan korupsi yang jauh lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara. Jika demikian, yakinlah pemilih akan suka rela memilih dan tidak erlu menakut-nakuti dengan ancaman macan segala. Apa tawaran bagi pembersihan korupsi?

Narkoba yang menggila, bukan malah main isu dengan pemerintah yang mengelola penyelundupan dan sebagainya. Berikan tawaran solusi, tidak perlu takut dicuri atau diambil pihak lain ide itu. Rekam jejak digital akan memberikan kog ide siapa dan dari mana. Jadi tidak perlu khawatir. Atau malah memang tidak ada, selain membalik keadaan yang ada saja?

Negara ini sudah terlalu lama menjadi perebutan kepentingan sesaat dan sesat. Kini waktunya membangun, negara tetangga sudah memiliki banyak hal, eh di sini hanya berebut pilkada hingga pilpres saja. Sangat tidak bermanfaat, hanya merusak bukan membangun.

Toh siapapun presidennya, siapapun pemimpinnya, kalau hanya demi  kepentingan kelompok saja, ya sudah jangan harap rakyat akan maju dan bisa berkembang. Hanya diwakili terus menerus, bukan soal suara, namun juga termasuk kesejahteraannya, makmurnya, dan kekayaannya.

Prabowo menurun elektabilitasnya bukan karena surveynya salah, punya kepentingan, atau abal-abal, namun karena orang di sekitarnya jauh lebih banyak yang tidak memberikan suara positif secara signifikan. Muzani, Desmond, jauh lebih menguntungkan daripada Zon, atau Habiburohman yang memperoleh panggung.

Di sinilah peran penurunan potensi keterpilihan Prabowo itu dinyatakan oleh survey menurun. Hal ini sebenarnya bahan untuk refleksi dan evaluasi, bukan malah menembak ke mana-mana yang malah mengurangi suara makin kecil.

Jangan menyalahkan siapa-siapa, namun berani mengakui ada masalah, toh Prabowo juga pernah mengaku susah mengendalikan Zon untuk bijak bukan? Hal ini jauh lebih bermanfaat.

Rindu ada pemilu seperti pesta rakyat bukan malah teror rakyat yang ada. Pemilu penuh kegembiraan bukan kegemparan. Kedewasaan dan kebijaksanaan jauh lebih penting sebenarnya daripada sekadar kekuasaan.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun