Melihat perilaku para elit partai politik ini yang hanya fokus pada kursi dan kekuasaan, meskipun menyatakan demi bangsa dan negara, namun rekam jejaknya sangat jauh dari itu semua, sangat mungkin adanya  poros ini.
Jika tidak ada harapan untuk poros ketiga, nampaknya khas Demokrat yang bangga dengan penyeimbang ini akan main jurus andalan dua kaki. Di depan menyatakan tidak mendukung mana-mana, dan membebaskan kader untuk memilih, namun sejatinya, elit tetap pada pilihan yang sama. Khas dan sama dengan periode lalu.
Dengan demikian, seolah menjadi negarawan, politikus ulung dengan mendapatkan kursi wakil  ketua DPR dan  juga wakil ketua MPR tanpa perlu kerja keras sepanjang kampanye pilpres. Dengan mata telanjang jelas terlihat ke mana arah dukungannya bukan?
Kalau kali ini main jurus yang sama blunder parah dengan  adanya AHY yang memiliki elektabilitas cukup baik, telah keluar dari militer, sekian lama keliling untuk jualan, kalau menyatakan penyeimbang, potensi jadi menteri bisa menguap. Padahal dengan masuk dalam kabinet jauh lebih menjanjikan pilpres 2024, daripada sekadar ketua umum partai atau anggota DPR saja.
Rekam jejak Demokrat selama ini makin kelihatan dan tidak akan dibiarkan seperti kemarin-kemarin. Dukungan yang mendua akan sangat merugikan Demokrat ke depan. Tidak perlu lagi model demikian. Gamang, ragu, bahkan bisa dikatakan munafik jelas sangat tidak produktif ke depan.
Kecenderungan partai yang "cair" ini sangat oportunis, fokus pada kekuasaan, akibatnya adalah, jika tidak dapat apa-apa akan menjadi benalu atau duri dalam daging. Kerja setengah-setengah, dan tidak akan bisa diharapkan hasil maksimal.
Melihat model demikian, susah untuk menantikan kinerja demi bangsa dan negara. Fokus jelas pada kursi untuk mereka sendiri. Kapan mikir bangsa dan negara? Dan rakyat makin melek dan tahu bedanya negarawan dan politikus.
Potensi perbedaan pendapat dari partai-partai itu sangat besar. Di sana tentu sangat merugikan, jika mendapatkan kemenangan, jangan harap yang tidak mendukung itu bisa memperoleh kesempatan.Â
Dan ini adalah potensi buruk lagi. "Perselisihan" berkepanjangan karena kekuasaan dalam internal partai akan sangat mungkin terjadi. Belum lagi partai yang merasa dianaktirikan karena tidak memperoleh kursi dan harus "mengalah" pada partai lain.
Akankah negara selalu menjadi sandera kepentingan politikus dan partai politik gaya fasis namun yang selalu ditolak ini? Â Rekam jejak itu jelas dan terukur sekarang, tidak bisa lagi ngeles apalagi memfitnah.
Salam