Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Tradisi" ala Gatot dan Penahanan Zumi Zola, Korupsi Makanan Sehari-hari

10 April 2018   11:20 Diperbarui: 10 April 2018   11:34 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Enam, pendidikan mental dan karakter jujur, dimulai dari pendidikan, bagaimana mau jujur lha masuk sekolah saja dengan menyuap. Apalagi sekolah kedinasan, dan selalu saja seperti kentut. Model demikian, sejak awal terbiasa main curang kog mau membaik, mana mungkin.

Mengapa prestasi malah  kurang bersinar daripada kekayaan.

Mentalitas feodalisme membawa orang berfokus pada kekayaan. Materi bisa membeli semua hal. Ijazah, jabatan, dan gelar, baik gelar akademik, atau gelar kebangsawanan. Dan dengan gelar dan ijazah itu mau jadi apa saja kembali uang yang bicara, jadilah. Tidak ada yang susah asal ada uang. Kinerja? Beli lagi orang yang mau mengerjakan. Uang dari mana? Jelas maling lah.

Pendidikan kejujuran dan menjunjung prestasi belum menjadi bagian utuh pendidikan. Jangan kaget ujian seperti pasar. Berkali-kali hal ini dikupas dan diceritakan, untung sekarang UN tidak menjadi satu-satunya syarat kelulusan. Produk UN dengan segala cara, mulai merambah birokrasi, apalagi dari sekolah kedinasan.  Model katabelece, koneksi, jangan disangka sudah bersih, malah jauh lebih buruk.

Pemiskinan pelaku korup yang tidak pernah ada inisiasi, bagaimana mau membuat UU pembuktian terbalik dan pemiskinan koruptor kalau mereka sendiri tahu bahwa akan melakukan yang berpotensi mengalami dimiskinkan dan mengerti hartanya tidak semestinya. Lingkaran setan yang tidak ada ujungnya jika demikian terus.

Kesadaran, susah ketika spiritualitas jatuh pada ranah politis, menghamba pada ritual dan sebatas hapal, namun melakukan sebaliknya pun tidak merasa bersalah. Mosok mereka tidak tahu? Jelas omong kosong, tuh jujur kata Gatot, sudah tradisi, kayak iklan roti saja.

Apakah akan terus demikian bangsa ini?

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun