Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wacana Larangan Mantan Terpidana Korupsi "Nyaleg"

8 April 2018   05:20 Diperbarui: 8 April 2018   07:39 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nasional.kompas.com

Ekonomi biaya tinggi berpolitik bisa ditekan.  Mengandalkan uang karena miskin prestasi bisa diminimalkan. Bukan tidak ada orang baik yang ada di bumi Nusantara ini, namun kalah karena uang para bandit yang bisa untuk apa saja itu.

Harapan kualitas dewan pun eksekutif lebih baik sedikitnya bisa terealisasi. Potensial politisi bersih namun miskin dan enggan main uang bukan tidak ada. Selama ini kalah oleh orang yang itu lagi itu lagi, pun main uang anggaran yang diambil dari negara atau uang rakyat. Cenderung yang main uang yang busuk namun ingin bersih. Menyuci integritas dengan suap dan membeli pemilih.

Ada dua efek sekaligus, menepikan orang cacat integritas pun memberikan kesempatan kepada orang yang selama ini belum ada kesempatan karena kalah uang itu menunjukkan kualitasnya. Haraan biarawan dan budayawan Magnis Suseno, SJ yang menyatakan pemilu bukan memilih yang terbaik namun menyingkirkan penjahat berkuasa bisa terealisasi.  Ini bisa terjadi jika ada kehendak baik bersama.

Nampaknya masih jauh dari kenyataan karena toh KPU sendirian. Masih banyak maling berdasi yang berkeliaran di mana-mana. Tidak ada dukungan yang cukup besar untuk menjadikan ide ini sebuah keputusan yang baik.

Adil dan benar sejak dalam pikiran dan motivasi nampaknya masih perlu menjadi perhatian. Karena nyatanya sering niat baik dari satu pihak bisa menjadi bencana baik pihak lain yang merasa terancam, dan bisa  kalah karena alasan demokrasi. Padahal demokrasinya pun demokrasi akal-akalan yang masih pokoknya sebagai andalan.

Ide KPU ini hanya menjadi angin surga dan dukungan hanya dari rakyat, dan sebagian elit yang bersih. Padahal jauh lebih banyak yang sama-sama busuk, dan khawatir dengan keadaan dirinya sendiri atau kelompoknya yang bisa ikut terancam.

Jika selalu begitu, fokus pada kepentingan diri dan kelompok, ya negara jadi tumbalnya. Kepentingan bangsa dan negara malah kalah oleh parpol busuk.  Apakah akan terus seperti ini?

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun