Kinerja rendah karena tidak ada daya saing dan usaha keras untuk mencapai prestasi. Mengapa harus susah payah, jika enak-enakan saja dapat uperti kog. Prestasi bukan menjadi tujuan, namun beban yang akan bisa dirasionalisasi dengan berbagai hal yang sebenarnya memalukan.
Hadiah dan hukuman tidak pernah berlaku. Dewan itu pun parpol sebusuk apapun tidak pernah mendapatkan hukuman. Hadiah terus, malah, buruk, bahkan busuk sekalipun dapat terus reward,kapan berubah. Â Tidak akan berubah jika terus demikian. Sama juga memanjakan anak kecil.
Apapun parpolnya, apapun ideologinya, jika masih demikian jangan harap bangsa ini beranjak maju. Ekonomi politik tinggi salah satu pemicu yang sangat buruk. Susah berharap dewan pun majelis berkualitas jika masih uang untuk menjadikannya, dan uang juga tujuannya.
Makin liar, makin kasar, dan makin tidak tahu malu untuk berebut kue yang ada. Jangan kaget jika anggaran ini menguap, anggaran itu hilang, dan jembatan putas putus terus. Jalan berlobang seminggu jebol lagi, ya karena anggaran sudah banyak yang dimaling daripada dibuat membangun.
Susah jika mental tidak diubah. Mental priyayi yang selalu menerima bakti dari abdinya. Rakyat itu penguasanya, dan diwakili oleh dewan, lha ini malah mewakili sejahteranya, mewakili malasnya, mewakili tamaknya. Jangan heran kalau rakyat marah dan ada amok karena kinerja buruk kalian.
Almarhum Gus Dur mengatakan kalian TK, Â ini malah lebih rendah PG, di mana minta disuapin, minta dimandikan, minta semua demi kalian, sekalipun tidak ada kontribusi bagi bangsa dan negara. Tidak semua, tapi dominan.
Empat tahun tanpa prestasi, presensi penuh kursi kosong, masih juga jadi gaya  kinerja yang sama kog. Kapan kalian berubah? Apalagi naik kelas kapan kuliah, kalau gak naik-naik, malah mlorot?
Salam Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H