Ada sikap saling mengalah dan menemukan sinergi, bukan semua mau menang dan gontok-gontokan. Biarkanlah perbedaan itu dijembatani untuk menemukan titik temu. Ke mana sih pemikiran besar, bijak bestari dulu yang bisa melahirkan Indonesia, dan menjadi seperti ini? Semua seolah minggir dan ya tidak kaget kalau tidak sampai 2030 han cur. Jangan menuduh asing aseng atau siapapun, karena anak negerinya hanya berebut kursi, apa beda dengan si raja anu atau adipati ani yang saling bunuh keturunannya, demi kursi.
Demokrasi hanya nama dan caranya, eh pola pikirnya masih sama saja, tikam dan racun dengan trik dan intrik yang berbeda. Aneh ya?
Salam
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!