Keempat,muda usia, sangat membantu dan masih banyak pilihan untuk menjadi apa saja, menteri, cawapres, capres, dan sebagainya. Apalagi jika mau sabar dan terus belajar sangat bermanfaat, daripada tergesa dan malah sangat merugikan bisa jangka panjang.
Kedua, nama sama-sama cukup tenar, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam naungan satu partai, pengalaman pernah ada. Apakah akan setragis Anas? Harapannya sih tidak, sehingga negara ini tidak perlu lagi  ada  generasi muda, cerdas, mumpuni, dan kuat harus tersandung dalam kasus yang sama. Apalagi jika nuansa "penyingkiran" itu benar ada. Sah-sah saja namanya politik untuk menepikan pesaing entah bagaimana caranya.
Rivalitas positif dalam partai politik sejatinya sangat membanggakan, memuaskan, bahwa partai berhasil di dalam menciptakan mekanisme demokrasi, kaderisasi, dan memiliki kader berkualitas, apalagi jika muda. Namun kepentingan di dalam politik, jangan dilupakan. Apalagi negeri yang masih belajar demokrasi seperti negeri ini.
Matahari dan bulan bisa bersinergi dan berbagi peran kog. Tidak perlu semua menjadi matahari. Bisa dibicarakan, mana yang menjadi apa dan siapa menjadi apa. mengapa harus memaksa di dalam satu keadaan yang sama sehingga malah mengorbankan satu dan memberikan keadaan unggul satu, atau malah dua-duanya hilang dan mendapatkan nomor tiganya?
Kedewasaan berpolitik sangat diperlukan, sehingga orang bisa berkompromi untuk bisa klik,dan semua berjalan dengan baik. Dua nahkoda bisa menjadi bencana, namun nahkoda perlu mualim, perlu navigator yang handal. Jangan sampai kekuatan dengan banyak kader potensial menjadi kader yang keluar dengan kekecewaan. Jika demikian, jangan tanyakan apa yang akan terjadi dan dilakukan.
Saatnya menantikan pilihan bijak, smart,dan berkelas dari Pak Beye. Bagaimana mengelola dua kader terbaik, dan satunya ada kaitan darah, dan satunya kader terbaik, terbukti pula. Apakah akan mengorbankan dan memilih sang putera, atau memberikan jiwa demokrat sejati?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H