Keempat, perasaan lebih dari manusia lain, soal kejiwaan yang sangat mendasar ini, sangat mudah dipantik untuk menjadi pemicu. Sisi lain, mereka paham salah, dan kembali ada pembenar dalam agama. Agama menjadi kedok, agama semata rasionalisasi atas perilaku sendiri. Pengakuan diri untuk mendapatkan legitimasi ya paling gambang mengambil agama.
Kelima, label, mengaitkan diri dengan yang besar, itu paling gampang. Lihat saja perselisihan paling gampang disulut adalah kaitan dengan agama. Meskipun jauh dari agama sebenarnya. Tentu hal ini  hanya dan bila terjadi di dalam pemahaman agama kanak-kanak. Jika sudah dewasa, susah untuk diprovokasi, pikiran menjadi jernih, dan bisa membedakan dengan baik mana yang menjadi akar masalah.
Jika mereka semua itu kembali, mengadakan rundingan, dan menyatakan untuk memberikan sayat-ayat yang mendukung hidup bersama saja, akan banyak yang menolak. Berbagai alasan dikemukakan, padahal yang mau merevisi itu yang punya tulisan, anjuran, dan Sabd itu. Merasa lebih tahu dan lebih memiliki, jelas akan menjadi catatan besar. Sering bukan satoam lebih galak daripada pemilik perusahaan.
Apa yang bisa diperbuat sebenarnya?
Mengedepankan persamaan daripada perbedaan. Jika terus saja mencari perbedaan, tidak akan pernah menemukan persamaan. Pendidikan baik kognisi atau agama selama ini ternyata bisa mengantar pada hal yang buruk ini. Masih ada waktu untuk memperbaiki keadaan.
Rendah hati, jika demikian, orang tidak akan pernah merasa paling sendirian. Merasa semua saudara yang perlu berjalan bersama untuk menuju pada tujuan akhir yang sama juga.
Memahami agama sebagai jalan atau sarana, bukan tujuan. Jika demikian, tentu  orang bisa berbeda dan ada perbedaan yang tidak perlu dipaksakan untuk sama. Toh sampai ke tempat yang sama.
Merasa diri paling boleh, asal tidak memaksakan orang lain untuk mengakui, apalagi menilai orang lain sebagai bodoh. Jika salah, biarkan saja kan pilihan bebasnya.
Salam
Inspirasi: Burung Berkicau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H