Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

DPR-RI dan Dongeng Jepang, Monyet dan Kepiting

21 Februari 2018   05:20 Diperbarui: 21 Februari 2018   11:11 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kematian monyet itu buah balas dendam? Tidak semata-mata karena balas dendam. Falsafah Jawa mengatakan, ngundhung wohing pakarti,memanen perbuatan sendiri, dan kebak sundukane,terlalu banyak perbuatan buruk yang ia lakukan. Kematiannya tidak semata karena bakas dendam oleh keturunan si kepiting, namun karena perilaku tamak yang membuat gerah. Bangsa ini sebenarnya kenyang dengan pengalaman model demikian. siapa sangka '98 bisa terjadi bukan? Orang yang demikian kuat, banyak pendukung, toh gawal juga.

Apa yang terjadi itu adalah hal yang alamiah, monyet berpikir karena ia bisa memanjat  ia aman, ia bisa berbuat sesuka hatinya, meskipun punya capit toh kepiting tidak bisa mengejarnya dan meremukkan tangannya misalnya. Tahu diri dan tahu batas. Sepandai-pandai tupai melompat ia gawal juga, pun se-tamak-tamak monyet, mbok yo tahu diri, dari pada ia mati meledak perut atau pipinya coba.

Pun demikian dengan dewan yang selama ini seenak udelnya sendiri, jangan lupa "kepinting" tidak bisa mencapai dewan, namun masih ada MK, KPK, kejaksaan, dan jangan lupa Sang Pencipta. Katanya agamanya tersentuh sedikit saja mengatakan penistaan agama, ada yang menyimpang dari pakem sedikit katanya menodai, lha perilaku kalian yang lupa mandat itu apa namanya?

Ini bukan nyumpai atau membalas dendam, mbok tahu diri dikit, siapa pemilik pohon siapa yang dimintai tolong. Jangan mentang-mentang dan jangan tamak, itu saja. Semua ada batasnya. Semua ada akibat yang akan ditanggung oleh masing-masing. Semua tidak ada yang salah waktu dan tempat menerima wohing pakarti,buah perbuatan. Manen bukan tempatnya itu maling.

Salam

Inspirasi: Demokrasi Tukang Copet,Muhamad Sobari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun