Melihat beberapa hal di atas, nampak lebih banyak sebentuk olok-olok daripada beneran. Bagaimana mau yakin dengan tiba-tiba muncul  dua nama yang melengkapi bukan untuk menjadi lebih baik, namun lemah dan saling melemahkan demikian.
Bantahan jelas sudah terdengar. Mereka merasa bahwa hal itu sebuah bentuk kebohongan dan fitnah bahkan bukan menilai sebagai bentuk dukungan atau apresiasi. Artinya mereka paham, kondisi, kapasitas, dan keadaan mereka yang memang tidak cukup untuk bisa bersaing dalam kontestasi setinggi itu.
Bisa saja pelaku itu, penyebar undangan, hanya main-main, olok-olokan, dan tidak ada maksud serius, kucu-lucuan saja di mana tahun panas politik memang bagus dengan adanya lelucon demikian. Â namun dengan menyantumkan dua nama orang sebenarnya tidak elok, apapun alasannya, apalagi jika keduanya tidak dimintai izin.
Namun bisa pula bahwa hal itu dilakukan oleh sekelomok orang yang merasa bahwa keduanya bisa menjadi harapan baru dan tawaran alternatif. Jika demikian, tentu tidak elok, karena salah satu nama itu adalah menko yang sedang menjabat.
Pihak lain yang ingin kedua purnawirawan itu mendapatkan sebentuk noda hitam, pun tidak bisa dipungkiri. Mereka berdua banyak diketahui sebagai loyalis presiden saat ini.Â
Adanya undangan dan deklarasi tersebut bisa menyulut masalah. Jika  kelompok ini yang main, oklokrsimemang menjadi gaya berpolitik sebagian elit politikus bangsa ini. Jika demikian dan motivasi ini yang ada, patut disayangkan karena masih jauh saja sudah ada bibit-bibit main kasar dan potensi fitnah bisa terjadi.
Apakah perlu laporan ke polisi atau  penyelenggara pemilu? Jika memang mereka berdua merasa tidak tahu apa-apa, perlu. Minimal agar tahu apa maksudnya, jika memang ada yang merasa mereka berpotensi, diminta dengan cara-cara yang baik. Apalagi untuk becanda dan olok-olok, diminta untuk menghentikan, karena ada nama, pakai acara, dan  itu ada rententan yang serius.Â
Paling serius jika dilakukan untuk mengadakan "kericuhan" dini bagi pilpres yang akan datang. Semua masih bisa terjadi, dan perlu bijak dan terukur sehingga bermanfaat bukan malah sebaliknya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H