Membangun sikap klub lebih dari sekedar pemain bintang, tidak mudah. Presiden klub yang suka pemain bintang, bisa saja nylenehdan memberikan fasilitas dan previlegi yang lebih demi pemain pujaannya mau menjadi pemainnya. Hal ini juga yang merusak sepak bola.
Apakah bisa diubah? Susah karena kesadaran akan brandsebuah klub bisa berbeda-beda, ada yang suka karena mengumpulkan bintang, prestasi, ada pula yang jual beli pemain, soal mau juara atau tidak, tidak penting. Yang utama keuangan klub sangat sehat. Apalagi melibatkan uang, yang sangat menarik peran manajer pemain yang menjadi masalah.
Mungkin bisa mengatasi hal itu, jika meniru model NBA di mana penjualan pemain dan pembelian pemain harus selevel. Susahnya NBA hanya satu negara, dan yang sangat besar toh hanya satu di USA.Â
Kalau bola paling tidak ada lima liga tertinggi, dan itu memiliki cara dan sudut pandang yang berbeda. Perombagan tim ala Cheasea dulu, kini menghinggapi PSG, City, dan tidak heran tidak ada lagi  bangga akan akademinya. Akademi yang baik pilih menjual bakal pemain yang menguntungkan.
Pemilik modal dan manajer pemain yang tergiur mewahnya kehidupan, tentu sangat mudah untuk memainkan bidak-bidaknya dalam percaturan bola modern ini. Tahun ini di negara ini, besok atau dua tahun lagi, pindah lagi dengan uang yang jelas lebih besar.
Apakah klub-klub akan "terjaga" dengan pernyataan Slaven Bilicini? Jika iya, akan tercipta klub-klub legendaris, dihormati fans dan pemain bukan karena uangnya, namun karena karakter mereka. Kebesaran mereka bukan karena segelitir pemain, bahkan pemain yang besar karena mereka.
Jika demikian, tidak akan terdengar pemain ngambeg untuk dijual atau nambeg bikin gol karena pemian yang akan memudahkannya bermain tidak dibeli. Respek atas klub tercipta.
Penghormatan pada rekan dan pelatih terjadi. Pun akan  tercipta permaian bola yang membumi, bukan sekadar kumpulan artis level Hollywood yang didukung para "pelayan" yang berjerih lelah tanpa penghormatan. Tidak akan ada pemain marah kalau bolanya gol bukan karena dirinya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H