Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi "Ngajak Gelut", ala Pilkada Serentak

9 Januari 2018   12:25 Diperbarui: 9 Januari 2018   12:54 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrasi ngajak gelut, ala pilkada serentak. Menarik, apa yang disajikan partai politik yang akan berlaga dalam pilkada serentak 2018 mendatang. Sedikit berbeda dengan serentak yang sudah, kali ini banyak tarik ulur dukungan, baik pada pribadi atau partai sekalipun. 

Apa yang ditunjukkan PKS, Gerindra, dan PAN dengan menyodorkan nama untuk menjadi bakal calon wakil gubernur di Jatim seperti orang lamaran, kemudian ada isu bahwa mempelai laki-laki pribadi tidak baik. Karena posisi yang bimbang oleh mempelai laki-laki itu, ketiganya datang menyodorkan calon lain. 

Apa  ini bukan ngajak gelut,mengajak bertengkar, kalau modelnya demikian. Agak mirip namun tidak sevulgar dan sekasar Jatim, Jateng pun demikian, PKB nampaknya mau mengajak Golkar dan Demokrat main belakang. Membelot dengan apa yang sudah dinyatakan  Golkar dan Demokrat yang mau mengusung Pak Ganjar.

Semua sih sah-sah saja bagi demokrasi dan politik yang masih belajar, politik yang masih coba-coba usai eforia karena puluhan tahun terbelenggu. Sepanjang hal ini tidak keterusan dan menjadi budaya berpolitik tidak beradab, masih lah bisa diterima. 

Sebenarnya, sudah tidak lagi seharusnya demikian, sudah hampir 20 tahun usia reformasi, sudah sepatutnya dewasa di dalam berdemokrasi.

Pilkada Jatim. Bisa dimengerti kalau PAN, PKS, dan Gerindra mengajukan bakal calon ke pada bacagub Gus Ipul, sebagai salah satu dari dua pilihan yang lebih berpotensi jadi. Mengapa tidak Bu Khofifah, tentu ada hitung-hitungannya. 

Menarik adalah mengapa tidak mengajukan saja sendiri memang kalau tidak salah mereka mendapatkan 25% suara pemilih, masih dalam ambang batas minimal mengusung kader mereka, karena PAN dan PKS mengusung satu nama untuk diajukan ke PKB atau Gus Ipul dan ada nama dari Gerindra. Sudah dipasangkan saja, kan cukup. 

Usai kisah tragis dengan La Nyalla yang konon mengembalikan mandat, kemudian kelucuan Moreno, dilanjutkan penolakan Mbak Yenny, dan isu demikian dengan Pak Mahfud, ketiga partai ini sebenarnya masih bisa mengusung misalnya Anang dengan Kang Nyoto, atau Muklas Sidik. Masih ada kemungkinan, sepanjang bukan hanya demi kemenangan dan kursi semata.

Pilkada Jateng, yang santer adalah PDI-P dan kawan-kawan bersaing dengan Gerindra dkk, menarik apa yang diingini PKB dengan 10 kursinya hendak mengusung poros baru. 

Apa yang ditampilkan PKB sebenarnya sah dan seharusnya demikian. Pemilik sura kedua, sepatutnya memiliki kader yang bisa diusung, jelas posisi Jateng-2 juga realistis.

Masalah klasik partai politik itu susah memiliki kader yang mumpuni, dalam hal kepemimpinan yang menjual. Selama ini jadi karena faktor-faktor lain, bukan prestasi, ketenaran bukan dalam dunia politik dan pemerintahan. Apa yang ditampilkan dua kelompok besar ini sejatinya, merupakan gaya berpolitik bangsa ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun