Pernyataan ini justru mempersulit ruang gerak mereka, meskipun dalil soal politik cair itu susah jika sudah seperti ini. perbedaan sikap apalagi dukungan itu biasa, alamiah, normal, mengapa harus diperpanjang terus. Justru sangat merugikan pihak PKS.
Apa yang mau dituju awalnya adalah mempertontonkan kualitas Deddy Mizwar yang kurang bisa dipegang loyalitasnya, namun dengan jawaban yang diberikan, justru menjadi bumerang sendiri. Ingat periode lalu, di pilkada Jabar, Deddy Mizwar adalah calon yang mereka usung. Kemudian mendapatkan KTA Demokrat itu tentu kasus lain.Â
Politik tidak sesederhana itu. Siapa yang malah membuka kedok sendiri dan siapa yang berpegang pada azas kepatutan di dalam berpolitik. Deddy sebagai kader layak mendukung kebijakan partai. (padahal belum tentu juga begitu untuk dua tahun ke depan).
PKS sebenarnya tidak perlu berpanjang lebar soal polemik cabutan dukungan kepada Deddy ini, memang perlu belajar cerdik seperti Golkar. Bisa membuat semua diam dan usai padahal jelas lebih parah model dukung dabutnya, namun bisa selesai dan tidak berkepanjangan. Apalgi kali ini potensi polemik bukan semata pribadi Demiz saja malah bisa melebar ke partai politik secara khusus.
Demokrat yang belum mengusung dengan jelas siapa pilpres mendatang, malah seolah oleh PKS sudah dinyatakan akan berbeda dengan pilihan PKS. Karena nampaknya, PKS akan bersama Gerindra untuk tetap seperti periode lalu. Jelas tergesa-gesa simpulan yang diambil politikus setinggi itu kedudukannya.Â
Demokrat masih bisa ke mana-mana, apalagi reputasinya yang main dua kaki, mana ada yang bisa menandingi. Kecenderungan ke pihak manapun masih sama kuat. Susah malah untuk bisa memastikan akan ada di gerbong Pak Jokowi. Bisa saja Mas Agus, Bu Ani atau siapapun kandidat mereka.
Jabar ini malah cenderung menjadi rebutan elit Jakarta, bukan pesta rakyat Jawa Barat. Pemilu termasuk pemilu kada, harusnya adalah pesta rakyat, kesenangan rakyat, bukan malah ribut yang tidak mendasar, apalagi elitnya, yang sering  tidak tahu apa-apa dengan daerah yang mau mengadakan pesta demokrasi.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H