Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Drama Setya Novanto dalam Bahasa Simbol

22 Desember 2017   13:27 Diperbarui: 22 Desember 2017   13:35 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setya Novanto dan simbol baju yang dipakainya dalam dua sidang perdana terdakwa korupsi KTP-el cukup menarik. Memang hanya dia yang akan paham apa yang ia maksudkan dengan apa yang ia kenakan. Bisa saja itu tidak bermakna, namun sebagai orang politik, sangat kecil tanpa maksud apa-apa dengan apa yang ia lakukan dan kenakan.

Baju putih dan sakit yang ekstra. Sidang perdana yang masih tarik ulur antara menunggu sidang putusan pra peradilan atau  lanjut sebagaimana dikehendaki jaksa KPK dan KPK sendiri. Demi tertundanya sidang pembacaan dakwaan, ia bersandiwara dengan sakit yang sangat payah, itu kasus lain. baju yang dikenakan adalah putih. Ada dua makna yang bisa dibaca, apalagi ketika sidang kedua, ia mengenakan batik. Pertama. Putih biasanya menggambarkan penyerahan.

Menyerah dan mengaku kalah. Hal i ni kode untuk para kolega, rekan, dan siapapun yang merasa akan mendapatkan keadaan buruk, dan mereka yang selama ini merasa harus berlindung di balik kuasa SetyaNovanto, perlu hati-hati, kondisi mendesak dan sangat terdesak, sudah tidak berdaya lagi, seperti cara ia berjalan dan berdiri. Kedua,yang paling identik dengan kemeja putih adalah presiden. Tujuh jam menunggu dokter, bisa saja yang dimaksudkan adalah pertolongan dari presiden untuk memberikan waktu sehingga PP bisa berjalan dan bisa saja ia lolos lagi dari status tersangka. Jika dengan Prabowo susah diterka mana kaitannya. Tidak memiliki akses untuk berbuat banyak bagi keberadaannya. Presiden Jokowi lebih mendekati kebenaran, apalagi sebelumnya juga ada hembusan isu soal mengingatkan jasa banyaknya bagi pemerintah.

Hal ini diperjelas dengan baju batik dan jalan yang biasa, normal, dan wajar saja. Tidak tampak adanya bekas sakit atau baru sembuh. Tidak memerlukan orang lain untuk memapahnya. Jelas terlihat dia sehat-sehat saja. Hal ini bisa dibaca sebagai, lihat saya kuat menghadapi ini semua. Bagaimana dengan kalian yang selama ini bersama-sama. Aku tidak mau sendirian dalam kasus ini. Dipertegas dengan  keberatan yang dibacakan pengacara berkisar pada soal siapa saja yang namanya hilang dari daftar baik dakwaan kasus yang menjerat pihak lain, ataupun pembicaraan selama ini. Toh kepalang tanggung, sudah terdakwa, tidak lagi bisa berkelit lagi, mau apa.

Menarik apa yang menjadi pusat pembicaraan oleh pengacaranya. Dalam gugatan PP pertama, Setnov menuntut bahwa bukti bagi terdakwa lain tidak bisa menjadi bukti dalam kasusnya, gampangnya begitu. Maka kemudian timbul lelucon maling ayam bersama-sama itu. Lha ini eh malah mempersoalkan kasus lain sebagai pokok pembicaraan dan pembelaannya. Melihat hal ini, nampak orientasinya adalah membawa semua yang terlibat ke dalam bilik penjara.

Sangat baik bagi kehidupan bersama sebagai bangsa dan negara yang sangat akut digerogoti virus korupsi. Bagaimana ribut dan ribetnya KTP-el yang sangat bagus itu, karena ketamakan mereka semua hancur berantakan. Kualitas buruk kalah dengan kartu anggota mini market sekalipun. Kisruh data yang masih tidak beranjak, padahal dana negara sangat besar, karena dibuat bancakan mereka.

Siap-siap bagi KPK untuk berani dan gigih menanggapi apapun yang akan hadir dalam persidangan. Hal ini tentu perlu strategi khusus dan cermat agar benar-benar tepat sasaran. Jangan dikira tidak akan menembak ke segala arah untuk menjerat rival bisa, meskipun harapannya adalah sesama pengembat uang rakyat yang akan dikicaukan. Bagus jika memang Setya Novanto akan membawa semua yang terlibat itu masuk lubang penjara. Meskipun dengan itu, ia juga mematahkan argumen pengacaranya yang mengatakan Setnov kelihatannya tidak tahu apa-apa.

Baju putih simbol ketidakberdayaan, usai banyak kasus besar bisa ia elakkan. Kini duduk di kursi terdakwa tentu yang paling menjanjikan adalah "berkicau" nyaring dengan demikian, ada harapan untuk mendapatkan keringanan dan juga banyak teman yang akan menemani bukan hanya kala suka saja.  Ketidakberdayaan sekaligus kekuatan untuk membawa negara ini menjadi lebih baik. Jika mau berlaku demikian, kesalahan dan korupsi Setya Novanto yang dikaitkan dengan dirinya selama ini bisa  "terlupakan" dan akan menuai jempol banyak orang. Apakah ia mau berlaku demikian? Layak ditunggu.  Melihat rekam jejaknya juga rekam jejak para pengacaranya susah untuk bisa meyakini Setnov akan membuat anggota dewan dan bekas pejabat atau pejabat sekalipun terkena kasus KTP-el yang secara kasat mata jelas banyak dicolong itu.

Berkaitan dengan pilpres masih sangat sumir, karena kedua bakal kandidat yang paling kuat dan mungkin, semua juga mengenakan baju putih sebagai brand mereka. Artinya, belum jelas ke mana arah Setnov dan gerbongnya berkaitan dengan pilpres.

Apakah putih tinggal putih? Ataukah mau bebenah baik bagi diri sendiri ataupun negeri agar menjadi seputih baju yang ia kenakan. Toh hitampun bisa berubah menjadi putih dan menjadi lambang perubahan yang baik sebenarnya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun