Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Takut Awal Kekerasan

20 Desember 2017   07:09 Diperbarui: 20 Desember 2017   08:25 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Takut Awal Kekerasan

Takut awal kekerasan. Di sekitar kita suka atau tidak penuh dengan kekerasan. Beragama kekerasan dengan mudah tersaji dan terjadi. Dari minimalis marah, perkosaan, pembunuhan, perampokan, atau yang berkerah putih namun juga kekerasan korupsi, hingga bully yang biasanya pada anak-anak dan remaja. Kini pun persekusi mewabah karena adanya kebersamaan yang tidak semestinya. Lagi-lagi kekerasan.

Beberapa kekerasan yang berasal dari ketakutan, dan patut dilihat adalah, hal-hal berikut:

Orang takut miskin, menderita, dan kelaparan. Apa yang dilakukan adalah dengan mengusahakan apapun demi bisa kaya, kenyang, dan tidak menderita secara fisik atau badani. Sarana untuk mencapai itu yang berupa kekerasan antara lain, merampok, mencuri dengan kekerasan, memalak, mengintimidasi demi mendapatkan materi dan kekayaan yang bisa menutup rasa takutnya. Ini level biasa, sangat naturalis dalam masyarakat kalangan menengah bawah. 

Beda kasus ketika hal itu dilakukan orang yang hasrat tamak dan rakusnya lebih besar, padahal sudah mapan dan memiliki jabatan. Dengan jabatannya, menekan bawahan, relasi yang membutuhkannya, dan apapun peluangnya diupayakan untuk menghasilkan uang dan materi. Tidak aneh korupsi, suap, kolutif dan sejenisnya merajalela. Sepele, hanya orang takut untuk menderita dan miskin.

Orang takut tidak dihormati, takut tidak dianggap, dan takut tidak mendapatkan tempat terhormat.Sangat jamak terjadi, apalagi era media sosial yang sangat memuja hal-hal yang baru, terbaru, dan menjadi viral.Tidak aneh, ketika perilaku kekerasan, persekusi, atau bully-an menjadi gaya hidup sebagian orang untuk bisa eksis dan bahwa itu kekerasan bukan menjadi pertimbangan. 

Ketakutan tidak eksis lebih besar dari pada ketakutan untuk menciderai atau melukai, baik fisik atau badan pihak lain. Hal ini  bukan hanya oleh abg,anak baru gede atau pribadi yang sedang mencari jati diri, malah orang yang kadang sudah sangat sepuh sekalipun. Demi mendapat tempat terhormat, orang bisa menindas orang lain, baik dengan perkataan ataupun jelas dengan perbuatan.

Orang takut keadaannya, merasa tidak aman, merasa orang lain selalu akan menyerang, mengadakan konspirasi untuk diri dan kelompoknya.Kepercayaan menyerang adalah pertahanan terbaik sering dilakukan oleh pribadi dan kelompok ini. ciri yang biasanya nampak adalah mereka mengandalkan komunalis, apa yang dilakukan mengatasnamakan kelompok untuk menekan kalau bisa meniadakan kelompok lain. 

Eksistensi dan keberaniannya adalah kelompoknya, kebersamaan dengan yang lainnya, kalau sendiri tidak akan berani. Ciri lainnya, adalah mereka akan menuduh, menghakimi pihak lain, identik dengan apa yang mereka yakini dan lakukan. Perasaan takutnya ini dipakai untuk menyerang orang yang tidak seide, sejalan, dan sepikiran dengan mereka. 

Ironisnya, biasanya, mereka ini menggunakan agama sebagai tameng. Kelompok atau ormas pun akan mengaitkan dengan agama tertentu, ingat apapun agamanya sama saja. Tidak perlu menuduh artekel ini sebagai penistaan atau pendiskreditan agama tertentu. Jika malu menuduh, buat saja artikel sanggahan atas ulasan ini.

Orang yang takut hidup dan menghadapi kenyataan.Kekerasan belum tentu terhadap pihak lain. bisa saja kepada diri sendiri. Bunuh diri, obsesi berlebihan yang tidak terkontrol jelas akan melukai dan kekerasan pada diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun